Sebagai perbandingan, 638 juta orang terbang dengan menggunakan penerbangan komersial di Amerika Utara pada tahun lalu, IATA mengumumkan dalam konferensi bisnis penerbangan menjelang Singapore Airshow yang menampilkan para pelaku industri penerbangan terkenal.
Di Asia, China telah memudarkan Jepang yang selama dekade lalu sebagai pasar domestik terbesar di kawasan, dengan 1.400 pesawat dibandingkan dengan Jepang dengan 540 pesawat serta 5,7 juta kursi per pekan dibandingkan dengan 2,6 juta di Jepang.
Singapore Airshow akan diselenggarakan setelah setahun yang mengerikan dalam industri penerbangan global, yang kehilangan sekitar 11 miliar dolar AS pada 2009 sebagai akibat dari kehancuran sektor keuangan yang dimulai di Amerika Serikat.
Direktur Jenderal IATA, Giovanni Bisignani mengatakan dalam konferensi itu bahwa pasar Asia Pasifik akan terus tumbuh cepat dengan pertambahan penumpang udara per tahun di kawasan itu sekitar 217 juta pada 2013.
"Kami melihat adanya dinamika dan keragaman dalam kawasan itu, aspek Asia Pasifik yang membuat kami sangat tertarik adalah potensialnya," kata Bisignani.
"Lebih dari seperempat dari 2,2 miliar orang yang terbang pada tahun lalu, atau 647 juta orang, terbang dalam pasar Asia Pasifik.
"Itu telah memudarkan perjalanan di dalam Amerika Utara sebagai pemimpin tradisional dalam jumlah lalu lintas."
IATA mewakili sekitar 230 maskapai penerbangan yang menguasai lebih dari 90 persen lalu lintas udara terjadwal, namun tidak termasuk sejumlah maskapai penerbangan murah yang sedang "booming" dalam perjalanan jarak pendek dan menengah dalam beberapa tahun terakhir.
Sejumlah anggotanya di Eropa, kawasan Asia Pasifik, dan Amerika Utara tercatat mengalami penurunan permintaan penumpang dari 5,0 persen menjadi 5,6 persen pada 2009, menurut laporan IATA yang dirilis Jumat.
Namun maskapai penerbangan Asia meraih pemulihan yang kuat pada Desember ketika permintaan tumbuh 8,0 persen dari setahun sebelumnya, hampir dua kali dari rata-rata global, kata laporan IATA.
Bisignani mengatakan dalam konferensi itu bahwa maskapai penerbangan Asia diproyeksikan akan mempersempit kerugian kolektif mereka menjadi 700 juta dolar AS pada tahun ini dari 3,4 miliar dolar AS pada 2009, sekitar sepertiga dari kerugian global industri itu pada tahun lalu.
"Di seluruh kawasan mengalami kesulitan namun prospek Asia Pasifik meningkat lebih cepat dibandingkan kawasan lain," katanya.
Meski prospek optimis ada di Asia, Bisignani mengingatkan kawasan itu untuk menekan dengan liberalisasi atau kehilangan potensi pertumbuhannya.
Ia mengutip upaya oleh 10 anggota blok kawasan ASEAN yang akan meliberalisasi sektor udara pada 2015 sebagai satu contoh.
"Industri sedang bersiap dan penting bahwa tanggal target disesuaikan... Penerbangan Asia tidak akan mencapai potensinya jika maskapai penerbangan terhambat dengan cara-cara lama dalam berbisnis," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010