Presiden Nilai Dunia Harus Hentikan Kekejaman Israel
Sabtu, 17 Januari 2009 19:45 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai bahwa dunia internasional tidak dapat lagi membiarkan kekejaman Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 1.000 warga Palestina terus berlanjut.
"Saat ini sedang terjadi tragedi kemanusiaan yang tidak pernah terbayangkan, ... sudah melampaui batas, sebuah tragedi yang tidak mungkin umat sedunia membiarkan," kata Presiden Yudhoyono di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu, mengenai agresi yang telah berlangsung sejak 27 Desember 2008 itu.
Lebih lanjut Presiden mengungkapkan kekecewaannya terhadap lambatnya Dewan Keamanan PBB dalam mengeluarkan resolusi No.1860 dan pengabaian resolusi itu oleh Israel.
Alasan itulah yang kemudian menjadi dasar bagi pemerintah Indonesia untuk terus mendorong pelaksanaan Sidang Darurat Majelis Umum PBB, katanya.
Menurut Kepala Negara, apabila Israel bersikeras tidak mendengar seruan DK PBB maka biarlah dunia mendengar suara masyarakat internasional melalui resolusi Sidang Darurat Majelis Umum PBB yang berlangsung akhir pekan ini.
Pada kesempatan itu Presiden juga menjelaskan komitmen Indonesia untuk membantu rakyat Palestina dengan cara mengirimkan bantuan obat-obatan, makanan, tenaga kesehatan dan uang tunai senilai 1 juta dolar AS.
"Ada yang bertanya kenapa kita tidak mengirimkan sukarelawan untuk jihas, saya komunikasikan dengan para otoritas Palestina apa yang paling mereka butuhkan dan mereka katakan mereka tidak membutuhkan tambahan tank atau bom namun makanan dan obat-obatan," katanya.
Presiden juga mengatakan bahwa seandainya gencatan senjata dapat terwujud di Gaza maka pemerintah Indonesia juga telah berkomitmen untuk terlibat dalam pengiriman pasukan penjaga perdamaian.
Sementara itu akhir pekan ini Sidang Darurat Majelis Umum PBB mendesak gencatan senjata segera yang bertahan lama di Jalur Gaza, terutama penarikan pasukan Israel sepenuhnya dari wilayah itu.
Dalam suatu resolusi tak mengikat yang diubah, badan yang beranggotakan 192 negara tersebut hampir dengan secara bulat memberi suara untuk mendesak "penghormatan penuh" resolusi No.1860 yang menyerukan "suatu gencatan senjata segera, bertahan lama dan sepenuhnya dipatuhi, terutama penarikan seluruh pasukan Israel dari Jalur Gaza.
Resolusi itu diadopsi melalui perdebatan berjam-jam dengan suara 142 menerima, enam menolak, dan sisanya abstein.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 1860 juga menyerukan agar "tidak dihambatnya penyediaan dan distribusi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan makanan, bahan bakar dan obat-obatan di seluruh Jalur Gaza".(*)
Pak PRESIDEN OBAT2AN DAN MATERIAL ITU KEBUTUHAN YG NOMOR SEKIAN, BUAT APA LUKA DAN LAPAR MEREKA HILANG TUK SESAAT TAPI ANCAMAN DAN LUKA YG LEBIH PARAH MENANTI MEREKA JADI NGGAK MASUK DIAKAL KALAU MEREKA NGGAK BUTUH SAUDARA2 MEREKA DARI NEGARA LAIN, BAYANGKAN DAN RASAKAN SAJA BAGAIMANA ANDA KETIKA ANAK, ISTRI, IBU/BAPAK ATAU CUCU ANDA SAKIT ATAU TERLUKA, DAN BANDINGKAN DG PENDERITAAN MEREKA, TUBUH JADI DEBU,AIRMATA JADI DARAH.YAKINLAH ANDA&KITA SE
00BalasLaporkanHapus
17 Januari 2009
Memang hasil dari resolusi PBB 1860 itu tidak mengikat tetapi seharusnya sebagai sesama anggota PBB haruslah tunduk dan patuh terhadap keputusan yang telah ditetapkan bersama. dasar mental penjajah pengennya merampas hak milik orang lain. kalo udah kelewatan hapuskan saja israel dari peta dunia ini. suruh membuat nega di bulan atau di pelanet lain aja kalo ndak mau mengakui negara lain.