Ambon (ANTARA News) - Upaya tim SAR dan kapal-kapal nelayan mencari 33 penumpang dan dua awak kapal cepat (speed boat) Dolphin di perairan Aru, Maluku, sampai Minggu, baru berbuah menemukan tiga jenazah, dan satu orang selamat.
"Korban selamat diketahui bernama Khe Kaizen, berusia sekitar 30-an tahun, warga negara Republik Rakyat China (RRC), sedangkan dua rekan senegaranya yang ditemukan tewas belum bisa teridentifikasi dan masih disemayamkan di Rumah Sakit Umum Daerah Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru," kata Petugas Syahbandar Dobo, Bram Amahoru di Aru Ambon, Minggu.
Satu jenazah lainnya yang sudah ditemukan, diduga kuat merupakan salah satu awak kapal cepat Dolphin yang mengalami musibah ketika menempuh perjalanan dari Dobo menuju Tual pada Rabu (27/1) sekitar pukul 13.00 WIT.
Menurut Amahoru, tim SAR kota Dobo dan Kota Tual telah mengerahkan kapal mereka dan mendapat bantuan dari kapal-kapal nelayan dan speed boat milik masyarakat untuk mencari 31 penumpang yang belum diketahui nasibnya selama satu minggu ke depan.
Speed boat milik seorang pengusaha asal Elat, Kecamatan Kei Besar (Kabupaten Maluku Tenggara) dikemudikan Hasyim alias Faizal alias Acim ini berpanjang 13 - 15 meter dan leba 2 - 3 meter, menggunakan mesin jhonson jenis turbo.
Kebanyakan penumpang yang belum ditemukan diduga terperangkap dalam speed boat, dengan 21 orang diantaranya warga negara RRC, AKP Edwin Sitomorang dan Yohanes Mairuhu selaku salah satu manejer PT. Arabika Jaya Tama.
"Khe Kaizen yang ditemukan selamat memang sulit berbahasa Indonesia, tapi dengan bahasa tubuh, dia menjelaskan seluruh penumpang terkunci dalam ruang speed ketika gelombang tinggi membalikkan kapal tersebut," kata Amahoru.
Akibat pusing dan sakit kepala, Khe Kaizen sengaja keluar dari ruang speed, sehingga dia sempat menyelamatkan diri dengan sebuah jaket pelampung, namun benda sangat keras itu membuat luka di ketiaknya, sehingga korban melepaskan jaket dan berenang selama tiga hari di laut.
Sedangkan warga desa dan regu penyelamat berhasil menemukan tiga jenazah yang hanyut terbawa arus di sekitar Selat Ujir.
Amahoru menambahkan, sejauh ini belum ada rencana mengevakuasi dua jenazah berkenangsaan RRC ke negaranya atau ke Jakarta, karena tergantung keputusan PT. Arabika Jaya Tama, perusahaan perikanan yang mendatangkan mereka untuk bekerja sebagai buruh kasar di Warabal, Pulau Penambulai.(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010