Jakarta (ANTARA News) - Produsen kayu lapis nasional mengincar pasar yang kini berkembang pesat, India, sebagai upaya untuk mengembalikan dominasi Indonesia di perdagangan internasional komoditas tersebut.
Wakil Ketua Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO), Abbas Adhar, di Jakarta, Minggu, menegaskan, pihaknya serius menggarap pasar India. "Dalam waktu dekat, kami akan mengirim tim market intelegence untuk mendapatkan informasi yang lengkap guna menembus pasar India," katanya.
Pasar India dinilai potensial karena pertumbuhan ekonomi di negara tersebut mampu bertahan ketika negara-negara lain justru menciut akibat krisis finansial global.
Dari hasil diskusi Organisasi Kayu Tropis Internasional (ITTO) November 2009 terungkap bahwa impor kayu India meningkat 10 persen. Konsumsi kayu domestik negara itu meningkat seiring dengan menguatnya perekonomian dan naiknya pendapatan masyarakat.
Tiap tahun, negara itu mengimpor sekitar 16 juta meter kubik kayu, sedangkan kebutuhan domestik mencapai 85 juta meter kubik. Kemampuan pasokan kayu dalam negeri India sendiri sulit untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, sehingga negara itu harus mencari sumber baru produk kayu.
"India selama ini membeli produk kayu dari banyak negara. Saat ini, ekspor produk kayu Indonesia ke negara tersebut masih belum signifikan," kata Abbas.
Dia melanjutkan, Indonesia bisa mengisi celah yang terbuka di India karena negara tersebut butuh banyak produk jenis hardwood. "Saat ini, produk kayu yang masuk ke nagara itu kebanyakan dari jenis softwood," kata Abbas.
Apalagi, menurut dia, persyaratan importasi produk kayu yang diberlakukan negara itu juga mudah. Hal itu dinilainya bisa memudahkan produk kayu Indonesia yang memang sudah punya standar tinggi.
Menurut Abbas, India membutuhkan banyak produk kayu lapis dengan ketebalan 2,7 milimeter. "Kebetulan, produk kayu lapis dengan ketebalan tersebut adalah unggulan Indonesia. Dibandingkan dengan negara pesaing seperti Malaysia, Indonesia masih unggul pada produk dengan ketebalan 2,7 milimeter" katanya.
Abbas juga menyatakan optimismenya terhadap pasar kayu secara global. Setelah sempat terpuruk dengan adanya krisis finansial global, kini permintaan produk kayu sudah mulai tumbuh.
"Saat ini, Jepang sudah memasuki housing start, dimana kebutuhan produk kayu untuk pembangunan perumahan akan meningkat. Demikian juga di Amerika Serikat," katanya. (*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010