Jakarta (ANTARA News) - Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Labuan di Kecamatan Pandeglang, Provinsi Banten, terlalu bersahaja untuk menerima tamu agung pada Kamis Siang 28 Januari 2010.
Begitu memasuki pagar, setiap pendatang langsung disambut "kolam rawa-rawa", cekungan dalam berisi tampungan air hujan yang ditumbuhi alang-alang, di kiri dan kanan halaman depan.
Gedung sekolah yang langsung bercampur dengan perumahan penduduk di bagian belakangnya itu juga tidak sempat berdandan untuk menyambut tamu agung, karena terlihat kusam dan tua.
Tetapi memang begitu yang diinginkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sang tamu agung. Dalam kunjungan kerja satu hari di Provinsi Banten, Kepala Negara menyempatkan diri mampir ke SMPN 2 Labuan, setelah meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuan di desa yang sama.
"Saya ingin berdialog langsung dengan murid, guru, dan orang tua siswa, tanpa ada yang ditutup-tutupi," begitu Presiden melontarkan maksud kedatangannya ke SMPN 2 Labuan.
Ketika Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono tiba sekitar pukul 14.00 WIB, kegiatan belajar mengajar di sekolah itu berlangsung seperti biasa.
Tetapi, kedatangan rombongan besar yang mencolok, antara lain Menteri Pendidikan Nasional M Nuh, Menteri Agama Suryadharma Ali, dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, lengkap dengan perangkatnya masing-masing, tak ayal lagi langsung menjadi sumber keributan di sekolah yang tadinya hening itu.
Murid-murid yang berada dalam kelas langsung berdiri dari duduknya dan spontan bertepuk tangan sambil bersorak.
Presiden pun terpanggil oleh sambutan itu. Kelas demi kelas ia masuki. Awalnya ingin menyaksikan kegiatan belajar mengajar. Namun, akhirnya Presiden Yudhoyono "gatal" juga ingin berperan sebagai guru.
Di kelas pertama, kelas tiga, ia memberi dua soal matematika. Yang satu sejenis soal cerita hitung-hitungan tentang perbedaan suhu lingkungan di beberapa negara ketika Presiden berkunjung ke Eropa pada Desember 2009. Yang satu lagi persamaan matematika sederhana.
Kelas kedua yang ia masuki mendapatkan soal Bahasa Indonesia dari Presiden. Sedangkan kelas ketiga soal Bahasa Inggris.
Rupanya Presiden tidak sembarangan memberi pertanyaan kepada murid-murid SMPN 2 Labuan. Soal demi soal ia kutip dari buku kumpulan soal uji coba Ujian Nasional (UN).
Dari kelas ke kelas, Presiden juga rajin meminta kepada murid-murid untuk tidak takut menghadapi UN yang telah diminta untuk ditunda pelaksanaannya oleh Mahkamah Agung (MA) karena pemerintah dinilai tidak siap menggelar ujian massal itu.
Di depan para siswa, Presiden berjanji bahwa pemerintah akan berupaya agar semua sekolah di Indonesia siap melaksanakan UN.
Untuk menguji kesiapan murid-murid, Presiden ternyata sengaja menguji siswa SMPN 2 Labuan dengan soal-soal uji coba UN.
Ketika menguji kemampuan Bahasa Inggris para siswa, Presiden pun tidak segan memprotes langsung Menteri Pendidikan Nasinal M Nuh di depan para murid, karena soal berbentuk pemahaman artikel ia rasakan terlalu sulit untuk tingkat SMP. Dan benar saja, memang tidak ada satu pun murid yang bisa menjawab soal tersebut.
"Saya mewakili murid-murid untuk SMP. Bahasa inggrisnya menurut saya soalnya terlalu sulit. Kalau seandainya menurut kalian soal-soal ini sulit, maka saya minta Pak Nuh agar ini dianalisa. Agar nanti soal-soal UN juga tidak terlalu mudah, tapi juga tidak terlalu sulit," tutur Presiden.
Pada akhir tour-nya sebagai guru, Presiden lalu memasuki aula Gedung SMPN 2 Labuan untuk berdialog dengan para guru, perwakilan murid, dan orang tua.
Pada dialog itu, Kepala Negara menjelaskan UN yang tetap dilaksanakan pemerintah pada 2010 bukanlah momok atau hantu yang harus ditakuti.
Ia berkeyakinan tujuan UN baik, yaitu untuk mengetahui tingkat pemahaman para siswa dan sebagai ukuran apakah siswa sudah mampu naik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Setiap siswa yang pernah bersekolah, ujar Presiden, pasti pernah mengalami UN. Namun, jika satu dari sepuluh siswa yang tidak lulus, maka bisa jadi siswa yang tidak lulus itu mempunyai masalah, bukan sistem UN yang tidak baik.
"Karena di luar ada pro kontra. Banyak yang setuju UN itu dilaksanakan, sedikit yang saya ketahui tidak setuju dengan UN, alasannya bermacam-macam. Tapi pemerintah berketetapan karena tujuannya sangat baik, sambil dengarkan pendapat rakyat, putusan MA, dengarkan DPR, pemerintah melakukan perbaikan-perbaikan, persiapan, agar ketika UN dilaksanakan Insya Allah anak-anak kita bisa mengerjakan dengan baik dan banyak yang lulus," tuturnya.
Setelah dialog, Presiden sempat menyaksikan ruang-ruang kelas di SMPN 2 Labuan yang rusak sehingga tidak digunakan selama dua tahun. Pada acara itu, Presiden pun secara simbolis menyerahkan bantuan pendidikan kepada Provinsi Banten berupa beasiswa, pengadaan ruang kelas serta laboratorium.
Setelah sekitar 1,5 jam berada di sekolah itu, Presiden beserta rombongan langsung kembali ke Jakarta.
Mungkin yang dikerjakan Presiden Yudhoyono selama berada di sekolah itu adalah terjemahan dari kalimat yang sering dilontarkannya, bahwa ia ingin turun langsung memeriksa keadaan sesungguhnya di masyarakat.
Andaikan Presiden Yuhoyono tidak hanya berperan sebagai guru seperti di SMPN 2 Labuan, tetapi juga mau sekali-sekali menjadi nelayan, petani, buruh pabrik, atau bahkan ibu rumah tangga, semua persoalan pasti bisa selesai. (*)
Oleh Oleh Diah Novianti
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010