Fundamental pasar minyak jangka pendek terlihat lemah, pemulihan permintaan rapuh, persediaan dan kapasitas cadangan tinggi, dan margin penyulingan rendah

New York (ANTARA) - Harga minyak berjangka menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), menarik kembali beberapa kerugian sesi sebelumnya, tetapi rebound kasus COVID-19 di beberapa negara merusak harapan untuk pemulihan yang stabil dalam permintaan global.

Harga Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terangkat 1,01 dolar AS atau 2,5 persen, menjadi menetap di 40,79 dolar AS per barel. Harga Minyak Brent anjlok lebih dari lima persen pada Selasa (8/9/2020) jatuh di bawah level 40 dolar AS untuk pertama kalinya sejak Juni.

Harga Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober bangkit 1,29 dolar AS atau 3,5 persen menjadi ditutup di 38,05 dolar AS per barel, setelah terpuruk hampir delapan persen di sesi sebelumnya.

Itu mengangkat acuan utama dari level Selasa (8/9/2020) di dekat posisi terendah tiga bulan. Harga turun minggu ini setelah perusahaan minyak negara Arab Saudi Aramco memangkas harga jual resmi Oktober untuk minyak ringan Arabnya, tanda pelemahan permintaan.

Baca juga: Minyak Brent anjlok di bawah 40 dolar AS setelah Saudi pangkas harga

"Ketika produsen Timur Tengah yang kuat bersedia menjual dengan harga yang lebih rendah, wajar jika pasar global panik dan mengikuti," kata Analis Senior Pasar Minyak Rystad, Energy Paola Rodriguez-Masiu.

Krisis kesehatan global terus berkobar dengan kasus Virus Corona yang meningkat di India, Inggris, Spanyol, dan beberapa bagian Amerika Serikat. Wabah tersebut mengancam memperlambat pemulihan ekonomi global dan mengurangi permintaan bahan bakar mulai dari Aviation Gas (Avgas) hingga minyak diesel.

“Fundamental pasar minyak jangka pendek terlihat lemah, pemulihan permintaan rapuh, persediaan dan kapasitas cadangan tinggi, dan margin penyulingan rendah,” kata Morgan Stanley.

Baca juga: Harga emas naik, dipicu pelemahan dolar dan isu penundaan vaksin

Rekor pemotongan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, telah membantu mendukung harga, tetapi dengan angka ekonomi mengecewakan yang dilaporkan hampir setiap hari, prospek permintaan minyak tetap suram.

Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (9/9/2020) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak dunia 2020 sebesar 210.000 barel per hari menjadi 8,32 juta barel per hari.

Baca juga: Saham Inggris bangkit, Indeks FTSE 100 melonjak 1,39 persen

Harga-harga gerbang pabrik China turun selama tujuh bulan berturut-turut pada Agustus meskipun pada laju tahunan paling lambat sejak Maret, menunjukkan industri di ekonomi terbesar kedua di dunia melanjutkan pemulihan mereka dari penurunan yang disebabkan oleh Virus Corona.

Di Amerika Serikat, persediaan minyak mentah naik tiga juta barel pekan lalu menjadi 504,1 juta barel, data industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan Rabu malam (9/9/2020). Analis memperkirakan penarikan 1,3 juta barel.

Baca juga: Saham Jerman naik tajam, Indeks DAX 30 melonjak 2,07 persen

Data persediaan minyak pemerintah AS akan dirilis pada Kamis waktu setempat, ditunda sehari karena libur Hari Buruh pada Senin (7/9/2020).

Produksi minyak mentah AS diperkirakan turun 870.000 barel per hari menjadi 11,38 juta barel per hari tahun ini, penurunan yang kurang tajam dari perkiraan sebelumnya, kata pemerintah AS dalam prospek bulanan terbaru.

Baca juga: Saham Jerman naik tajam, Indeks DAX 30 melonjak 2,07 persen

Pemotongan produksi minyak lebih lanjut diharapkan pada 2021, menurut laporan itu.

Baca juga: Saham Prancis "rebound," Indeks CAC 40 melambung 1,40 persen

Baca juga: Saham Spanyol "rebound," Indeks IBEX 35 ditutup terangkat 0,95 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020