Denpasar (ANTARA News) - Ekonom Faisal Basri menyatakan, program 100 hari pertama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono belum jelas, dan tampaknya terperangkap oleh janji-janji kampanyenya.
"Program 100 hari jangan terlalu banyak, ya barangkali lima sampai 10 program saja. Kalau seperti sekarang program 100 hari SBY terlalu banyak tentu tidak kelihatan," kata Faisal di Kuta, Bali, Kamis, saat menghadiri Rakernas Federasi Serikat Pekerja (FSP).
Menurut ekonom pro-"bailout" Century ini tetap mengkritik apa yang telah dilakukan pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono dalam 100 hari.
"SBY ingin membangun stigma 100 hari seperti Amerika Serikat. Tujuannya untuk menjaga kepercayaan masyarakat, dengan kepercayaan ini ia berharap mendapat dukungan dari rakyat," kata dosen Universitas Indonesia itu.
Ia mengatakan, Presiden mencoba dalam waktu singkat ingin memenuhi janjinya, namun jumlah janji yang terlalu banyak malah membuatnya tidak fokus.
"Tidak banyak hasil yang bisa dilihat dan dirasakan warga masyarakat Indonesia dari program 100 hari SBY," katanya.
Namun demikian, Faisal mengakui ada sejumlah pencapaian pemerintahan Yudhoyono, seperti operasionalnya empat pelabuhan laut, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Pelabuhan Makassar selama 24 jam.
Faisal melihat dampat kasus Bank Century terhadap pemerintahan tidak terlalu besar.
"Pengaruh pasti ada, sejumlah pejabat tidak bisa penuh bertugas karena disibukkan dengan urusan Pansus Century," katanya.(*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010