Jakarta, (ANTARA News) - Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemui ratusan mahasiswa yang menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Kamis.
Kelima pimpinan KPK, Tumpak Hatorangan Panggabean, Bibit Samad Rianto, Chandra Marta Hamzah, M. Jasin, dan Haryono Umar menyempatkan diri keluar gedung KPK dan berdiri di depan ratusan mahasiswa yang berkerumun di gedung KPK.
Namun demikian, hanya Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra Marta Hamzah yang memutuskan untuk turun dan membaur dengan para pengunjuk rasa.
Kedua orang itu juga menyempatkan diri untuk naik ke atas mobil yang dilengkapi perangkat pengeras suara untuk menyampaikan pernyataan singkat.
Bibit menyatakan, KPK akan bekerja keras untuk bekerja sesuai ketentuan hukum untuk memenuhi keinginan rakyat.
"Kami terus mengumpulkan bukti untuk mengusut kasus yang menjadi perhatian teman-teman semua," kata Bibit yang disambut teriakan riuh dari para pengunjuk rasa untuk mendukung KPK.
Sementara itu, Chandra M. Hamzah menegaskan, KPK tidak akan memberikan kesempatan bagi para koruptor untuk hidup tenang di Indonesia.
"Tidak ada tempat bagi para maling," katanya sambil berdiri di atas mobil.
Seperti Bibit, Chandra menegaskan, KPK akan bekerja keras untuk mengungkap setiap kasus korupsi sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
Kehadiran Bibit dan Chandra itu disambut oleh ratusan mahasiswa dengan sangat antusias. Mereka melompat, berteriak, dan bernyanyi untuk memberikan dukungan kepada kedua orang yang sempat tersandung kasus hukum itu.
Bahkan, tanpa dikomando, para mahasiswa itu dengan sigap memberi ruang bagi kedua pimpinan KPK itu untuk berjalan ditengah-tengah kerumunan.
Ratusan mahasiswa itu menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung KPK untuk mengkritisi kinerja seratus hari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono.
Massa mulai berkumpul di depan gedung KPK sekitar pukul 15.00 WIB. Sampai menjelang pukul 17.00 WIB, unjuk rasa itu masih berlangsung.
Massa terdiri dari ratusan mahasiswa yang mengatasnamakan berbagai kelompok dari berbagai universitas, antara lain Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah DKI Jakarta, Badan Eksekutif Mahasiswa Uiversitas Negeri Jakarta, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Brigade 04, dan perkumpulan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta.
Ratusan mahasiswa itu berkerumun di depan halaman gedung KPK dan sebagian besar dari mereka memilih untuk menggunakan ruas jalan Rasuna Said untuk berunjuk rasa.
Akibatnya, sejumlah petugas kepolisian yang berjaga sejak pagi terpaksa menutup satu ruas jalan itu. Semua kendaraan yang melintas di depan gedung KPK dialihkan ke jalur cepat.
Dalam aksi tersebut, para mahasiswa menggelar orasi bergantian. Masing-masing kelompok mewakilkan beberapa orang untuk berorasi.
Sebagian besar orasi berisi kritik terhadap kinerja Kabinet Indonesia Bersatu kedua yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono.
Menurut para orator, salah satu kekurangan dalam kinerja seratus hari itu adalah penegekan hukum. Mereka melihat penegakan hukum di Indonesia masih dibayangi ancaman kekuasaan.
Hal itu senada dengan pesan yang tertera dalam beberapa spanduk dan poster yang mereka bentangkan selama unjuk rasa.
Spanduk dan poster itu sebagian besar berisi pesan kepada KPK untuk segera menyelesaikan sejumlah kasus hukum, terutama kasus Bank Century.
"Tegakkan supremasi hukum berantas tuntas korupsi. Usut kasus Century dan pihak terkait," demikian isi salah satu spanduk tersebut.
Meski diiringi nyanyian dan teriakan, aksi unjuk rasa itu berlangsung cukup tertib. Sejumlah petugas kepolisian nampak berjaga untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin terjadi.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010