Jakarta (ANTARA News) - Seekor kerbau menjadi pelengkap aksi teatrikal massa yang mengekspresikan aspirasinya di Bundaran Hotel Indonesia, Kamis, untuk menyambut 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
Pemantauan ANTARA, kerbau berwarna hitam keabu-abuan itu dibawa ke Bundaran HI dengan menggunakan mobil bak terbuka dan diturunkan di pinggir jalan, namun kemudian tidak digiring ke kawasan Bundaran HI tetapi segera dibawa pergi ke arah Jalan Imam Bonjol.
Tidak ada keterangan apakah kerbau itu akan mengikuti aksi di tempat lain, karena dalam waktu yang bersamaan ada beberapa elemen masyarakat yang membaur di bundaran HI dan melakukan aksi teatrikal seperti massa dari Forum Mahasiswa Se-Jabodetabek.
Puluhan mahasiswa itu membawa keranda berwarna hitam itu dan diletakkan di sisi barat bundaran HI sehingga membuat arus lalu lintas tersendat.
Replika keranda yang ditutup kain hitam bertuliskan "Matinya Rakyat Indonesia" itu ditandu oleh empat mahasiswa, sementara seorang mahasiswa yang berkostum tikus, kemudian melakukan aksi teatrikal.
Saat keranda diletakkan ke jalan, mahasiswa itu memperagakan tikus berekor putih yang mencoba menggapai uang di sekitar keranda yang kemudian berhasil mengambil uang kertas pecahan seribu di atas keranda.
Memperingati 100 hari pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono, 27 aksi demonstrasi yang sebagian besar berkaitan dengan tuntutan pertanggungjawaban atas 100 hari kinerja pemerintah, digelar di DKI Jakarta.
Aksi yang dimulai sejak pukul 09.00 WIB terutama dilakukan di depan Gedung DPR RI, Bundaran Hotel Indonesia, Istana Wakil Presiden, Kantor Kementerian Keuangan dan akan diakhiri di depan Istana Merdeka.
Demonstrasi di depan Gedung DPR RI itu kebanyakan diikuti Asosiasi Pekerja Indonesia, Serikat Buruh Seluruh Indonesia, dan Komite Buruh Reformasi.
Mereka menuntut pemerintah memperbaiki gaji, penghapusan sistem outsourcing dan pembatalan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (CAFTA).
Saat beraudiensi dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso dan Anis Matta, pengunjuk rasa dari aliansi serikat pekerja/serikat buruh dari berbagai daerah seperti Banten, Depok, Jakarta, Jabar, Jatim dan Tangerang itu menegaskan bahwa menyetujui CAFTA sama artinya dengan membunuh ribuan pekerja.
"Pemerintah sudah tegaskan tidak akan beranjak dari posisi menyetujui pemberlakuan perjanjian internasional itu. Karenanya kita mendesak DPR bersikap tegas kepada pemerintah untuk membatalkan semuanya," kata M Iqbal, salah satu aktivis serikat pekerja yang diterima Wakil Ketua DPR di ruang tamu pimpinan Dewan itu.
Pengunjuk rasa lainnya mempertanyakan apa sesungguhnya makna "free trade" itu bagi Indonesia dan rakyatnya.
Mereka juga menegaskan bahwa pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II telah disusupi oleh agen-agen neolib dan kapitalisme.
"Tidak ada alasan bagi pemerintah dan juga DPR untuk tidak menolak perjanjian CAFTA itu. Dikandan sendiri saja kita sudah babak belur, apalagi jika harus bertanding di negara lain," ujar Sugiyanto, pengunjuk rasa lainnya.
Sementara unjuk rasa yang terjadi di Istana Wapres dan Kantor Kementerian Keungan, para demonstran menuntut mundur Wakil Presiden Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani karena terkait kasus Bank Century.
Menjelang pukul 13.00 WIB para demonstran dari berbagai tempat menuju Istana Merdeka untuk menyampaikan aspirasinya.
Bentrok
Sekitar 500 orang demonstran dari Front Oposisi Rakyat Indonesia (FOR Indonesia) bentrok dengan polisi di depan Istana Merdeka, Kamis.
Berdasarkan pantauan ANTARA, bentrok terjadi setelah demonstran merangsek maju mendekati pagar Istana Merdeka dengan mendorong polisi yang berjaga.
Akibatnya, beberapa orang diamankan oleh polisi, sedangkan di pihak lain, seorang anggota kepolisian terluka di dahinya.
Kombes Polisi Tafip Yulianto dari Divisi Propam Mabes Polri, mengakui akibat bentrokan itu petugas Sapmapta Polda Metro Jaya terluka, namun belum ada pengunjuk rasa yang ditahan.
Banyaknya para pengunjuk rasa di depan Istana Merdeka, polisi telah menutup Jalan Merdeka Utara dan Merdeka Barat sehingga kendaraan tidak bisa melaluinya.
5.000 Personil
Untuk menjaga jalannya demonstransi ini, polisi menyiapkan 5.146 personel dari Polda Metro Jaya, Polres Jakarta Pusat dan Brimob Polda Metro Jaya untuk mengantisipasi tindakan anarkis peserta unjuk rasa.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Hamidin mengatakan, tiga titik yang diprediksikan akan menjadi tempat berkumpulnya massa dalam jumlah besar.
Tempat-tempat tersebut antara lain Istana Presiden, Gedung MPR-DPR dan Bundaran Hotel Indonesia (HI), depan Gedung MPR-DPR.
Polisi menyiapkan 1.788 untuk mengamankan Istana Presiden, 1.766 personel disiagakan di Gedung MPR-DPR, Istana Wakil Presiden dijaga 446 personel sedangkan di Bundaran HI dipersiapkan 386 polisi.
"Kita hanya menjaga saja. Kita tidak membawa senjata, hanya pakai tameng saja dan menyiapkan gas air mata," kata Hamidin.
Menurut pantauan ANTARA, Istana Merdeka, Istana Wapres, Kantor Kementerian Keuangan dan Gedung DPR-MPR dijaga polisi secara berjajar di sepanjang pagar gedung. (*)
Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010