Washington (ANTARA News/AFP) - Para ilmuwan Amerika Serikat memproduksi tembakan sinar laser dengan tingkat energi yang belum pernah dicapai sebelum ini dan menjadi langkah kunci menuju reaksi fusi nuklir, demikian US National Nuclear Security Administration (BATAN-nya AS), Kamis.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, para ilmuwan menyasar satu megajoule energi dengan menembakkan 192 sinar laser 192 di saat bersamaan pada suhu 111 juta Celcius (200 juta Fahrenheit), demikian Badan itu dalam pernyataannya.

Megajoule adalah satuan internasional untuk energi, diambil dari nama fisikawan James Prescout Joule.

"Menghasilkan megajoule energi membuat kita satu langkah lebih dekat ke pembakaran fusi (reaksi penggabungan inti atom)," kata administratur badan nuklir AS itu, Thomas D'Agostino, dalam satu pernyataannya.

"Tonggak bersejarah ini adalah contoh mengenai bagaimana investasi nasional bangsa kita menghasilkan kemanfaatan di berbagai bidang, dari kemajuan di bidang teknologi energi, sampai kepada pemahaman yang lebih baik akan alam semesta."

Reaksi fusi nuklir adalah bentuk energi yang menggerakkan matahari dan bintang-bintang serta menjadi energi alternatif yang secara potensial bersih dan tak berbatas untuk menggantikan cadangan energi fosil yang kian berkurang, namun ketentuan bahwa produksinya mesti terkendali telah membuat para ilmuwan menghindar untuk menelitinya.

Badan atom AS ini mengatakan bahwa dalam upaya menunjukkan reaksi fusi, para ilmuwan memokuskan tembakan laser ini ke sebuah silinder seukuran penghapus pensil memuat target kecil berisikan bahan bakar yang terdiri dari deuterium dan tritium, dua isotop Hidrogen.

Energi laser ini dikonversikan menjadi sinar-X, yang mengkompresi bahan bakar sampai mencapai temperatur dan tekanan tinggi yang jutaan kali lebih besar dari tekanan atmosfer Bumi, demikian pernyataan itu.

Proses ini menyebabkan inti Hidrogen melebur dan kemudian melepaskan energi yang menjadi tahap awal menuju proses fusi nuklir.

Sebaliknya, reaksi fisi nuklir (pembelahan inti atom), yang memerlukan pemisahan inti-inti atom untuk melepaskan energi, tetap ditentang karena keprihatinan keamanan dan limbah radioaktif yang berbahaya dalam jangka waktu lama. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010