New York (ANTARA News/AFP) - Harga minyak mentah jatuh pada Rabu waktu setempat di tengah bervariasinya data persediaan minyak AS yang menggugah kekhawatiran tentang lemahnya permintaan di ekonomi terbesar dunia.
Kontrak berjangka utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Maret, meluncur turun 1,04 dolar menjadi 73,67 dolar per barel. Penutupan patokan terendah sejak 22 Desember.
Di London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Maret merosot 1,05 dolar menjadi menetap di 72,24 dolar.
Laporan stok mingguan Amerika Serikat dipantau seksama, karena AS konsumen energi terbesar dunia, menekan pasar, kata para analis.
"Penarikan besar minyak mentah adalah positif tetapi produk-produk terus mengecewakan," kata analis DnB Nor Markets, Torbjorn Kjus.
Departemen Energi Pemerintah AS (DoE) mengumumkan Rabu bahwa persediaan minyak mentah merosot 3,9 juta barel dalam pekan hingga 22 Januari, mengejutkan sebagian besar analis yang memperkirakan kenaikan.
Namun, stok minyak masih 5,1 persen di bawah tingkat mereka tahun sebelumnya.
Distilasi -- termasuk bahan bakar diesel dan pemanas -- naik 400.000 barel pekan lalu, mengalahkan proyeksi peningkat jauh lebih besar oleh pasar.
Cadangan bensin meningkat lebih daripada yang diantisipasi, dua juta barel, dan 6,0 persen lebih tinggi dari setahun yang lalu.
Jeffery Dawkins dari The FQ Group mengatakan bahwa harga komoditas berada di bawah tekanan karena dolar menguat dan pasar saham jatuh.
"Dalam lingkungan ini maka akan sangat mustahil bagi minyak mentah untuk naik," kata Dawkins.
"Satu mendapat pengertian bahwa psikologi pasar telah berubah untuk yang lebih buruk, tidak lebih baik," tambahnya.
Harga minyak jatuh pada Selasa karena pasar cemas tentang langkah China mengencangkan kredit untuk mendinginkan pertumbuhan ekonomi, suatu langkah yang dapat melemahkan permintaan energi di raksasa Asia.
"Dengan rencana China untuk memperketat jumlah uang beredar meredakan sentimen beberapa hari ini, fokus pasar telah bergeser ke Amerika Serikat," kata analis di konsultan energi JBC di Wina.
"Sebagian besar arah pasar bisa datang dari pidato kenegaraan pertama Presiden AS Barack Obama hari ini, karena ia diperkirakan untuk mengatasi pasar kerja."
"Presiden juga mungkin menyoroti ambisi regulasinya pada sektor perbankan, mungkin memicu aksi jual."
Minyak merosot minggu lalu di tengah kekhawatiran tentang kebijakan ekonomi China dan setelah Obama mengumumkan rencana untuk mengambil tindakan keras di sektor keuangan AS, memukul kepercayaan investor.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010