Padang (ANTARA) - Pakar olahraga dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang menyatakan tren bersepeda yang marak saat masa pandemi COVID-19 baik untuk dilakukan asalkan mematuhi protokol kesehatan seperti menghindari keramaian.
Menurut Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang (FIK UNP), Dr Umar, MS., AIFO di Padang, Selasa, mengatakan bahwa kebiasaan bersepeda di masa pandemi berisiko untuk terpapar COVID-19, namun bisa diatasi dengan menjaga jarak.
“Intinya bersepeda saat pandemi itu aman-aman saja bila diikuti protokol kesehatan, salah satunya memakai ‘face shield’ dan menghindari keramaian, namun yang jelas bersepeda itu termasuk olahraga aerobik atau sering disebut olahraga kardio, karena lebih meningkatkan kemampuan jantung dan paru,” katanya.
Baca juga: Pemprov Sumsel pastikan ajang Ranau Gran Fondo tetap digelar
Ia menjelaskan manfaat yang didapat dari bersepeda adalah baik untuk jantung dan sirkulasi serta sistem pernapasan menjadi lebih bagus serta meningkat kemampuannya. Kemudian otot-otot yang terlibat langsung juga bisa meningkat kapasitasnya, baik dari daya tahannya maupun kekuatannya.
Selain itu, tambahnya, dengan bersepeda suasana hati akan lebih rileks karena bisa melihat banyak pemandangan, apalagi ke tempat-tempat tertentu, maka akan mampu menghilangkan stres dan masalah. "Dalam pergaulan kalau kita punya tim untuk gowes itu bisa meningkatkan hubungan silaturahim dengan teman-teman," ucapnya.
Ia mengatakan waktu ideal bersepeda maupun melakukan olahraga lain paling lama sekitar satu jam hingga 1,5 jam, namun harus intensif. jika bersepeda banyak berhenti atau banyak santai walaupun 5 jam, hasilnya tidak akan maksimal.
Ia mengemukakan bersepeda dianjurkan minimal 3 kali seminggu. Jika melebihi dari itu boleh saja, tapi efeknya bisa timbul bosan dan akan lebih bagus diselingi dengan olahraga yang lain, sehingga olahraga bervariasi.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa acuan melakukan aktivitas olahraga itu bisa menggunakan denyut nadi. Rumus tetapnya yaitu 220 dikurangi umur sekarang.
Baca juga: Bersepeda aman saat pandemi COVID-19
Baca juga: Bike2Work Indonesia: Jangan ragu gunakan sepeda apapun
“Misal seseorang umur 20 tahun, maka 220 dikurangi 20 hasilnya 200, hasil itu dianggap denyut nadi maksimal kemudian diambil intensitas latihannya 70 persen dari 200 otomatis 140 denyut nadi per menit pada saat melakukan aktivitas. Jadi kalau dia sedang bersepeda, zona amannya pada sekitar 140 denyut nadi per menit,” terangnya.
Ia menambahkan untuk amannya sebelum berolahraga sebaiknya periksakan dulu kondisi kesehatan ke dokter. Jika kondisi sudah aman dan tidak ada gangguan hipertensi atau jantung, bisa dipakai rumus tadi.
Selain itu, ia menyarankan sebelum bersepeda sebaiknya melakukan pemanasan, bisa dalam bentuk senam, peregangan statis maupun dinamis atau dalam bentuk gerakan aerobik terlebih dahulu agar tidak terjadi cedera.
“Patokan bahwa tubuh kita siap untuk melakukan olahraga inti adalah pada denyut nadi. Sebelum pemanasan biasanya denyut nadi saat istirahat berkisar 60 hingga 70 dan begitu melakukan pemanasan acuannya sekitar 120 denyut per menit. Kalau sudah 120, tandanya tubuh kita siap melakukan olahraga inti, tapi dengan ketentuan otot-otot utama saat bersepeda juga harus diberi pemanasan,” jelasnya.
Seorang warga Padang yang hobi bersepeda Dedet menyatakan ia rutin bersepeda dan merasakan manfaat dari kebiasaan berolahraga tersebut.
Baca juga: Ini kata dokter, bersepeda tingkatkan denyut nadi
“Tubuh saya terasa prima dan jarang sakit serta kondisi fisik saya menjadi kuat dibanding orang seusia saya,” ujar Dedet yang kini berusia 54 tahun itu.
Ia menyatakan suka bersepeda dengan trek di jalan raya dan di kawasan perbukitan atau daerah-daerah yang belum diaspal untuk menguji ketahanan dalam bersepeda.
“Kami punya komunitas gowes yang secara periodik sering menjelajahi rute baru bersepeda yang menantang, seperti tanjakan, penurunan serta pemandangan yang asri, meski untuk itu harus menyewa kendaraan bak terbuka untuk membawa sepeda ke lokasi.
Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020