Muara Teweh (ANTARA News) - Kantor PLN Muara Teweh Kabupaten Barito Utara (Barut), Kalimantan Tengah dirusak warga setelah kembali melakukan demo yang kedua kalinya terkait pemadaman bergilir, Selasa malam.
Unjuk rasa Selasa malam dengan massa yang lebih banyak dibanding Senin (25/1) malam, bahkan sudah mulai berbuat anarkis, karena kaca kantor dan rumah dinas manajer PT PLN yang berdampingan dengan itu pecah, kemudian atap rusak serta sampah dan bebatuan berserakan di halaman kantor.
Warga yang tidak bisa masuk halaman kantor PT PLN yang berada di Jalan Beringin Muara Teweh itu memadati ruas jalan tersebut sambil melakukan pelemparan ke bangunan kantor.
Sementara petugas kepolisian berjaga-jaga di pintu masuk yang dipenuhi warga, bahkan sesekali terjadi aksi saling dorong antara aparat dan pengunjuk rasa di pagar terbuat dari besi.
Upaya menenangkan masyarakat oleh pihak kepolisian terus dilakukan dengan meminta perwakilan warga untuk bertemu dengan pihak PLN Muara Teweh.
Dalam pertemuan itu pihak PLN diwakili Kepala Seksi pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) PT PLN Muara Teweh Eri Sunaryo dan sejumlah warga.
Perwakilan pendemo di antaranya meminta PLN segera memadamkan mesin secara total untuk memudahkan pekerja memperbaiki mesin yang rusak dan pemberian kompensasi pembayaran kepada pelanggan sesuai pemakaian terutama dalam kondisi pemadaman bergilir yang hanya nyala selama enam jam selebihnya padam dalam 24 jam.
"Pihak PLN sepakat di antara permintaan masyarakat yakni pemadaman total dan kompensasi," kata salah seorang perwakilan warga, Abidin.
Permintaan pemadaman menyeluruh dengan mematikan operasional mesin ini, kata Abidin, guna memudahkan pekerja memperbaiki kerusakan, selain itu tidak ada lagi kecemburuan karena masih ada tempat tertentu yang tak kena pemadaman bergilir.
"Masyarakat minta semua padam total tanpa kecuali," katanya.
Ketika terjadi pertemuan itu sejumlah oknum warga mulai melakukan pelemparan ke gedung kantor PLN, akibatnya kaca dan atap rusak serta halaman penuh dengan sampah dan bebatuan yang dilempar warga tersebut.
Aksi pelemparan itu terus dilakukan meski pertemuan sudah menghasilkan beberapa kesepakatan, karena pemadaman mesin PLTD secara menyeluruh masih belum dilakukan PLN.
Sekitar pukul 21.30 WIB mesin PLTD dimatikan secara total, aksi pelemparan mulai berkurang, namun masih ada. Bahkan massa masih bertahan di kawasan jalan depan kantor PLN hingga pukul 23.00 WIB.
Pemadaman total listrik di Muara Teweh ini tentukan berpengaruh terhadap aktivitas pelayanan umum seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat.
"Kami terpaksa menghidupkan mesin generator namun ini sifatnya membantu penerangan tanpa bisa melakukan kegiatan yang membutuhkan listrik," kata seorang petugas jaga RSUD setempat, Edwi Saleh.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010