Jakarta (ANTARA) - Pakar autoimun sekaligus Ketua Pimpinan Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia Prof Iris Rengganis mengatakan kondisi penyakit autoimun sebenarnya dapat terkontrol dengan baik jika faktor pencetusnya bisa dikendalikan.
“Penyakit autoimun itu akan berfluktuasi naik turun tergantung dengan kondisi,” kata dia saat diskusi daring dengan tema mitos seputar autoimun yang dipantau di Jakarta, Senin.
Untuk mengetahui indikasi pasien biasanya dilakukan tanya jawab dan terkadang mereka malah tidak mengetahui apa faktor pencetus autoimun tersebut.
Di lain sisi, bahkan pasien biasanya mengalami stres saat mengetahui faktor pencetus penyakit mereka, namun dengan terus memberikan edukasi tentunya mereka dapat mengerti atau memahaminya.
Baca juga: Pakar: Penyembuhan penyakit autoimun harus menyeluruh
Baca juga: Pakar: Autoimun umumnya serang perempuan
“Nanti saat telah diberi edukasi biasanya pasiennya bilang pantesan saya setelah makan ini jadi begini, jadi pasiennya sadar,” kata dia.
Terkait dengan kesembuhan total, ia terus mengingatkan kepada para pasien penyakit autoimun bahwa hal itu jangan terlalu dipikirkan. Sebab, sesederhana alergi saja tidak bisa sembuh atau tergantung faktor pencetusnya.
Apalagi penyakit autoimun tidak diketahui pasti penyebabnya dan yang dapat dilakukan hanyalah mengendalikan faktor pencetus agar tidak kambuh.
“Penyuluhan-penyuluhan terkait ini harus dilakukan berulang sehingga pasien bisa menerima dan ikhlas. Begitu pula dengan keluarga perlu banyak memberikan dukungan,” katanya.
Dengan terkendalinya faktor pencetus, nanti ada yang disebut remisi dimana seorang penderita autoimun dapat hidup normal asalkan tidak melanggar penggunaan obat dari dokter.
Saat remisi, penggunaan obat yang berfungsi untuk mengendalikan sistem imun tersebut ialah dengan dosis seminimal mungkin atau digunakan selang seling dan tidak menimbulkan efek samping.*
Baca juga: Mata kering tak biasa pertanda Sjogren's syndrome
Baca juga: Pola makan terbaik bagi penyandang Grave Disease Autoimmune
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020