Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa tinggal selangkah lagi Indonesia masuk ke investment grade (peringkat investasi) setelah lembaga pemeringkat internasional Fitch menaikkan peringkat Indonesia dari BB ke BB+.

"Dengan kenaikan rating ini maka tinggal satu langkah lagi untuk masuk ke investment grade," kata Deputi Gubernur BI, Hartadi A Sarwono melalui pesan singkatnya kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Menurut dia, faktor positif yang mendorong kenaikan peringkat ini adalah adanya ketahanan perekonomian Indonesia terhadap gejolak eksternal.

Selain itu karena neraca pembayaran Indonesia yang cenderung surplus baik di current account maupun capital account sehingga cadangan devisa terus meningkat sehingga per akhir pekan lalu diperkirakan sekitar 69 miliar dolar AS, sudah mendekati 70 miliar dolar AS.

Menurut dia, juga karena defisit APBN dan pembiayaannya cukup sehat khususnya bila dibandingkan negara-negara lain yang satu kelompok dengan Indonesia.

Bila Indonesia terus melakukan pengelolaan ekonomi makro secara konsisten dan berhati-hati, menurut Hartadi, prospek perekonomian Indonesia ke depan akan lebih baik lagi.

Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menaikkan peringkat utang Indonesia dari BB ke BB+, dan outlook untuk peringkat ini tetap stabil.

Kenaikan peringkat Indonesia itu adalah untuk peringkat utang jangka panjang dalam mata uang asing dan Rupiah. Fitch juga menaikkan peringkat country ceiling Indonesia dari BB+ menjadi BBB dan mempertahankan peringkat utang jangka pendek pada B.

Direktur Sovereign Rating Fitch, Ai Ling mengatakan, peringkat ini merefleksikan ketangguhan relatif Indonesia terhadap uji beban finansial global pada 2008-2009 yang telah didukung oleh berlanjutnya kekuatan fundamental peringkat sovereign dan meredanya ketegangan pembiayaan eksternal Indonesia.

Fitch mencatat rasio utang publik Indonesia terus turun dan pada 2009 menjadi hanya 30 persen dari PDB. Cadangan devisa Indonesia termasuk emas juga meningkat 28 persen menjadi 66 miliar dolar AS. Pertumbuhan ekonomi juga meningkat menjadi 4,6 persen di 2009.

Namun Fitch mengingatkan, risiko prioritas pembangunan jangka panjang akan menyertai jika belanja fiskal yang tidak efisien masih belum terpecahkan sehubungan dengan penundaan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan penyesuaian harga BBM. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010