Kepala Divisi Keuangan PT Bank OCBC NISP Tbk, Suriyanto Chang di Jakarta, Senin mengatakan, pelemahan itu karena pelaku melepas rupiah akibat kekhawatiran atas kebijakan yang dilakukan Presiden AS Barack Obama yang membatasi surat berharga agar tidak terjadi krisis keuangan yang membuat AS lebih terpuruk.
Akibat kebijakan itu pelaku pasar khawatir akan terjadi penarikan uang baik di Bank maupun perusahaan finansial AS, ujarnya.
Rupiah sebelumnya sempat mencapai angka Rp9.380 per dolar, lalu turun lagi menjadi Rp9.363, karena tekanan negatif pasar berkurang, meski di posisi tersebut rupiah masih tetap terpuruk.
Pada penutupan sesi pagi rupiah ditutup pada level Rp9.340, namun rupiah masih terkoreksi sebesar 20 poin, ujarnya.
Ia mengatakan, berkurangnya tekanan pasar sehingga rupiah tidak mengalami koreksi yang tajam, karena ada laporan bahwa peringkat utang Indonesia membaik dari BB menjadi BB+.
Membaiknya peringkat utang Indonesia memberikan nilai positif terhadap pasar, namun tekanan yang tetap kuat mengakibatkan rupiah masih terkoreksi, katanya.
Suriyanto Chang mengatakan, rupiah sebenarnya masih cukup baik di level Rp9.300 hingga Rp9.400 per dolar, namun ke depan masih sulit diperkirakan apakah akan kembali menguat.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010