Jambi (ANTARA News) - Suku Anak Dalam (SAD) penghuni Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di Kabupaten Sarolangun dilatih mengembangkan lebah madu guna menambah perekonomian keluarga suku terasing atau dikenal Orang Rimba tersebut.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Sarolangun Joko Susilo di Jambi, Minggu menyatakan pihaknya akan melatih sejumlah SAD untuk mempelajari cara mengembangkan lebah madu untuk dibudidayakan di kawasan hutan TNBD tempat mereka bermukim.
"Selama ini SAD yang mengandalkan hasil hutan seperti mencari rotan, damar dan madu untuk mempertahankan hidup, kini dibina untuk melakukan budidaya dari hasil hutan tersebut, tanpa harus mencari," katanya.
Pelatihan itu akan dilakukan secara bertahap, dengan tenaga penyuluh yang juga berasal dari kelompok SAD yang lebih dulu dilatih kemudian menyalurkan ilmunya pada anggota kelompok lainnya.
Selanjutnya dalam mempertahankan hutan TNBD untuk populasi dan bermukimnya SAD, Dinas Kehutanan Sarolangun bekerja sama dengan Polri terus menggelar operasi memberantas aksi "ilegal logging" yang juga menjarah taman nasional dan hutan lindung.
Operasi ilegal logging yang terus dilakukan jajaran Polri bekerja sama dengan instansi terkait, salah satunya untuk mempertahankan hutan bagi kelangsungan SAD yang menjadikan hutan tempat hidup dan berkembang.
SAD yang kehidupannya identik dengan hutan itu, harus dipertahankan, hanya saja kemampuan mereka untuk menggarap sektor perkebunan dan keterampilan harus ditingkatkan, supaya bisa setara dengan kelompok masyarakat lainnya.
Kecintaan SAD dengan hutan cukup tinggi, mereka pantang menebang hutan, bahkan pohon tertentu yang bisa menghasilkan memiliki nilai tinggi yang dendanya sangat tinggi bila ada yang merusak dan menebangnya.
Joko mencontohkan, pohon Sialang tempat bersarangnya lebah madu memiliki nilai paling tinggi, bila ada di antara mereka berani menabang dendanya pencapai ribuan lembar kain panjang atau hukuman mati.
"Kita mencoba mengalihkan perhatian SAD yang dulunya mencari lebah mengandalkan pohon Sialang, kini dibudidayakan, namun keberadaan pohon itu tetap dijaga dan dilestarikan," kata Joko Susilo.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010