Tanjungpinang (ANTARA News) - Ketua Badan Anggaran DPR RI, Harry Azhar Azis mengatakan, sebanyak 278 tarif impor Indonesia-China terkait dengan pemberlakuan China-Asean Free Trade Area (CAFTA) masih direnegosiasi.
"Sebanyak 278 tarif yang masih direnegosiasikan pemberlakuannya tersebut untuk menjaga ketahanan industri dalam negeri," kata Harry di Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu.
Harry mengatakan, dari 1.700 lebih tarif impor yang sudah menjadi nol, 278 tarif diantaranya masih dilakukan pembicaraan ulang dan baru akan diberlakukan tarifnya menjadi nol pada akhir 2010.
"Tarif biaya masuk produk China yang 278 tersebut, akan dibahas lagi di Komisi VI DPR untuk proteksi industri dalam negeri dan akan menjadi nol pada tahun 2010 ini dengan cara bertahap," katanya.
Dia mengatakan, Indonesia bisa saja menolak pemberlakukan tarif menjadi nol dari 278 jenis tarif tersebut, namun hal itu tidak bisa dilakukan karena akan memicu penyeludupan dari negara tetangga.
"Tentu penolakan juga tidak akan efektif karena akan terjadi penyeludupan dengan harga yang murah," katanya.
Harry mengatakan, bea masuk yang ditargetkan dalam APBN Rp9 triliun, dengan adanya CAFTA juga akan berkurang sebanyak Rp2 triliun.
"Bea masuk akan berkurang Rp2 triliun dari 17,9 persen porsi impor Indonesia-China," katanya.
Menurut dia, yang terkena imbas dari pemberlakuan CAFTA tersebut adalah industri tekstil, mainan, sepatu, elektronik dan juga termasuk beberapa industri lain yang belum berdampak terlalu besar.
"Disatu sisi pemberlakukan CAFTA tersebut menguntungkan konsumen karena banyak pilihan dengan harga murah, namun disisi lain merugikan dikalangan industri dalam negeri yang menyebabkan akan terjadinya peningkatan pengangguran akibat PHK," ujar Harry, politisi dari Partai Golkar daerah pemilihan Kepri.
CAFTA dimulai dari tahun 2002 dan mulai efektif pada tahun 2004, pemberlakukan tarif impor menjadi nol dimulai pada 2010 untuk 1.700 lebih tarif yang dilakukan secara bertahap.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010