Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali, Wayan Koster, meminta dukungan pengurus wilayah dan cabang Nahdlatul Ulama se-Provinsi Bali untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 yang hanya bisa dikendalikan dengan protokol kesehatan yakni selalu memakai masker, menjaga jarak (menghindari kerumunan), dan rajin mencuci tangan.
"Upaya Bali dalam penanganan Covid-19 sudah diapresiasi presiden, karena jumlah kasus cukup terkendali, tingkat sembuh pun terbaik, dan tingkat kematian juga terendah," kata Koster, saat membuka Konferwil VII Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali di Denpasar, Minggu.
Namun, pihaknya kaget dalam 2-3 hari terakhir, ternyata terjadi kenaikan kasus baru dengan angka tertinggi, sebanyak 196 kasus dalam sehari, padahal sebelumnya tidak pernah ada tambahan sampai 100 kasus dalam sehari. Karena itu pihaknya memberlakukan Pergub 46/2020 tentang protokol kesehatan mulai 7 September 2020.
"Nanti akan ada operasi gabungan untuk mengecek kerumunan atau jaga jarak, termasuk mereka yang tidak memakai masker akan kena denda. Untuk itu, saya minta dukungan NU untuk melakukan aksi nyata terkait protokol kesehatan, agar perekonomian masyarakat juga membaik," katanya.
Baca juga: Faisal Basri kritik penanganan COVID-19 yang lebih berat ke ekonomi
Dalam pembukaan acara itu, Koster menceritakan hubungan baiknya dengan NU, baik sejak masih di partai (PDI Perjuangan) hingga menjadi pejabat (gubernur Bali). "Sebagai pemimpin partai, Ibu Megawati selalu mengingatkan untuk menjaga hubungan baik dengan NU, apalagi hubungan baik itu sudah terjalin antara pemimpin NU dengan Bung Karno," katanya.
Oleh karena itu, katanya, saat dirinya menjabat sebagai gubernur Bali, maka hubungan baik antara NU di Bali dengan pejabat se-Bali adalah wajib. "Menjalin hubungan baik dengan NU itu wajib, karena NU memiliki komitmen kesejarahan dengan dasar negara Pancasila dan juga mengedepankan budaya Indonesia, seperti kopiah ini yang juga selalu dipakai Bung Karno," katanya.
Sementara itu, Ketua PW NU Bali, KH Abdul Aziz, menjelaskan, Konferensi Wilayah (Konferwil) merupakan hajatan besar dan tertinggi. Konferwil tahun ini mengusung tema "Meningkatkan Panyamabrayaan Potensi Generasi Milenial Menyongsong Satu Abad Nahdlatul Ulama".
Baca juga: Tambah 27 orang, positif COVID-19 di Denpasar-Bali naik 1.679 kasus
"Di dalamnya membahas hal-hal penting yang berkaitan dengan perjalanan Nahdlatul Ulama di masa lima tahun berjalan. Sebagai ajang evaluasi perjalanan PWNU Bali selama lima tahun, sampai dimana program tercapai dan apa saja yang sudah dihasilkan," terangnya.
Selain itu, yang paling penting dalam gelaran Konferwil adalah pemilihan tonggak pimpinan yang baru baik dari jajaran rois syuriah serta tanfidziyah Nahdlatul Ulama Provinsi Bali. "Sesuai dengan aturan, bahwa untuk Rois Syuriah lebih tepatnya adalah penetapan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa), sedangkan Ketua Tanfidziyah dipilih oleh masing-masing Pengurus Cabang yang sah (memiliki hak suara)," kata KH. Abdul Aziz.
Berbicara tentang tema konferwil tahun ini, Aziz menjabarkan konsep panyamaberayan serta kaitannya dengan generasi milenial yang kedepan akan menjadi ujung tombak NU di masa mendatang. Panyamaberayan sendiri dari kata menyamakan braya yang dalam bahasa Bali berarti adalah kebersamaan.
Baca juga: Pulihkan ekonomi, Apindo minta kendalikan dulu penyebaran COVID-19
"Kalau tidak kita tekankan panyamabrayan kalangan milenial, khawatir apa yang telah dibagun oleh tokoh NU sejak dahulu akan tergerus. Pemikiran sekarang banyak dirasuki fundamental dan cenderung tidak adaptasi. Kebersamaan antar agama sudah sangat bagus dalam konteks membangun kebangsaan. Kedepan konsep menyama braya dapat dilanjutkan dan tidak diikutkan paham-paham intoleransi yang jauh dari NU," katanya.
Selama pelaksanaan Konferwil ini, semua peserta maupun panitia wajib menerapkan protokol kesehatan. Mengingat bahwa Konferwil kali ini dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19, karena itulah Konferwil mundur beberapa bulan dari semestinya.
Baca juga: Bali catatkan penambahan kasus COVID-19 dan kematian harian tertinggi
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020