Cikarang, Bekasi (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengimbau masyarakat waspada terhadap ancaman penyakit diare, kulit, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), influensa, dan laptospirosis yang disebarkan melalui kencing tikus selama musim hujan.
"Untuk wilayah yang rawan banjir penyakit tersebut mudah berkembang digenangan-genangan air kotor," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Dr. Ari Muharman, di Cikarang, Minggu.
Menurut Ari, hingga kini pihaknya telah menemukan beberapa gejala penyakit yang mulai timbul, seperti sakit kepala, gatal-gatal serta infeksi saluran pernafasan di beberapa wilayah pelosok.
"Ada sebanyak sembilan kecamatan yang terletak di daerah utara yang rawan banjir. Ketinggian air diprediksi mencapai 1,5 meter dan akan merendam sedikitnya 1.110 rumah penduduk. Diantaranya, Kecamatan Muaragembong, Cabangbungin, Sukakarya, Pebayuran, Sukatani, Tarumajaya, Sukawangi, Babelan, dan Kedungwaringin," katanya.
Ari menabahkan, penyakit diare menempati peringkat tertinggi, yang diakibatkan oleh tercemarnya air sumur akibat kotoran dan bakteri yang terbawa oleh banjir.
Selain itu, saat musim hujan kebersihan dan sanitasi lingkungan tidak terjaga.
"Musim hujan juga menyebabkan penyebaran penyakit influensa meningkat. Anak-anak usia balita merupakan golongan yang paling rentan terserang. Masa penyebaran dan inkubasi virus ini sangat cepat, hanya dalam tempo tiga sampai tujuh hari," katanya.
Menurut Ari, gejala yang paling sering muncul adalah nyeri pada kepala, nyeri otot, demam, lemas, hingga kejang. Peningkatan suhu badan dapat terjadi dalam 12-24 jam. "Hal ini dikarenakan udara dingin dan menurunnya kekebalan tubuh terutama pada balita dan usia lanjut," ujar Ari.
Dinas Kesehatan setempat, kata dia, telah menerjunkan tim penanggulangan penyakit guna membantu pencegahan dan mengobati pasien di lapangan. "Kami menempatkan satu sampai dua orang tim medis di masing posko yang siap melayani warga," ujarnya.
Sementara itu, pengadaan air bersih di wilayah rawan penyakit akan dilakukan upaya kaporitisasi terhadap sumur-sumur warga guna membunuh bakteri yang berbahaya bagi kesehatan.
"Selain itu, kami juga telah menyediakan berbagai macam obat-obatan untuk diberikan di posko-posko banjir atau Puskesmas di wilayah setempat agar memudahkan warga mendapatkan obat yang dibutuhkan. Kami juga punya 40 mobil puskesmas keliling yang akan siaga di 40 titik rawan banjir," katanya.
Ia mengatakan korban banjir di Desa Pantai Hurip, Kecamatan Babelan, mulai merasakan adanya bantuan pengobatan dari Dinas Kesehatan setelah selama sepekan luput dari perhatian pemerintah.
M. Memet (38), warga RT11/06 Desa Pantai Hurip, mengatakan banjir telah melanda wilayah setempat sejak Jumat (15/1) lalu. "Meski terlambat, namun kami tetap berterimakasih atas perhatian Pemda yang memberikan bantuan pengobatan gratis sejak kemarin," katanya.
Menurut Memet, rumahnya sempat terendam air setinggi 60 centimeter akibat curah hujan dan terpaksa menggunakan bambu sebagai alas untuk menopang perabot rumah.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010