Semarang (ANTARA News) - Kantor Bank Indonesia Semarang selama tahun 2009, telah menemukan uang palsu senilai Rp360 juta dengan pecahan Rp1.000 hingga Rp100 ribu.

Kepala Bagian Sistem Pembayaran Bank Indonesia Semarang Tatung M Taufik, di Semarang, Minggu, mengatakan bahwa peredaran uang palsu meningkat pada saat ada pemilu, yakni pada tahun 2004 dan 2009.

"Tahun ini di Jawa Tengah juga ada pemilu kepala daerah (pemilukada) di 17 kabupaten/kota. Perkiraan kami, uang palsu juga akan meningkat pada tahun 2010," katanya.

Tatung menyebutkan, pada 2004 jumlah uang palsu yang ditemukan sebanyak Rp437 juta, lebih banyak dibanding pada tahun 2008 sebesar Rp407 juta dan berkurang pada tahun 2009 sebesar Rp360 juta.

Jika dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya peredaran uang palsu terus mengalami peningkatan. Misalnya tahun 2001, peredaran uang palsu saat itu masih berkisar Rp72 juta, terus meningkat pada 2002 menjadi Rp83,8 juta, tahun 2003 menjadi Rp133,3 juta, dan 2004 sebanyak Rp437,1 juta.

Sementara tahun 2005 jumlah uang palsu senilai Rp369 juta, tahun 2006 Rp335,1 juta, tahun 2007 senilai Rp387,7 juta, tahun 2008 senilai Rp407,6 juta, dan 2009 sebanyak Rp360,1 juta.

"Yang perlu diwaspadai yakni transaksi biasanya berlangsung secara cepat seperti di SPBU dan dilakukan malam hari, serta dilakukan dengan orang yang tidak dikenal," katanya.

Menyikapi masih terus beredarnya uang palsu tersebut, BI terus melakukan berbagai upaya untuk menekan uang palsu yakni dengan meningkatkan sosialisasi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010