Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap berbagai pusaka budaya keraton, baik berupa sistem budaya maupun sosial yang mengandung nilai-nilai belum cukup memadai.

"Publikasi dan penerbitan baik yang ditulis secara kelompok maupun perorangan juga belum banyak membantu pemahaman tentang makna simbolik yang terkandung di dalam kebudayaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat," kata Sultan HB X dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan staf ahli gubernur Bayudono pada peluncuran ensiklopedi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kotagede di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut Sultan HB X ensiklopedi keraton ini merupakan upaya pemberian informasi kepada masyarakat tentang budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, sekaligus untuk menambah khasanah pengetahuan budaya keraton di antaranya tentang seni rupa, kerajinan, pusaka, busana, kuliner, gelar kebangsawanan, arsitektur dan tata ruang serta sejarah keraton.

Diharapkan adanya penerbitan ensiklopedi keraton Yogyakarta ini dapat segera diikuti dengan ensiklopedi Kotagede dan bahkan ensiklopedi Yogyakarta secara keseluruhan, sehingga pengetahuan masyarakat tentang daerah ini menjadi semakin utuh, sekaligus melengkapi beberapa ensiklopedi kebudayaan Jawa yang sudah ada, katanya.

Pada kesempatan itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DIY ,Joko Dwianto mengatakan penerbitan ensiklopedi ini melalui proses yang cukup panjang, sejak tahun anggaran 2002.

Bahkan penulisan naskah dapat diselesaikan pada tahun anggaran 2007, namun karena terkendala beberapa faktor akhirnya anggaran untuk penerbitan sempat dikembalikan ke kas daerah karena tidak dapat direalisasikan.

Pada akhirnya dalam tahun anggran 2009 kegiatan ini muncul kembali, dan sebagai konsekuensinya pertanggung jawaban secara ilmiah maka direkrut para ahli, akademisi, budayawan, dan kerabat keraton ngayogyakarta untuk menyuntingnya, katanya.

Namun, menurut Joko Dwiatno, setelah dicermati ternyata naskah lama pada tahun anggaran 2007, sebanyak 80 persennya tidak layak diterbitkan sehingga diperlukan penjaringan dan pengkajian kembali penulisan dan penyusunan naskahnya.

"Pada akhirnya dengan prinsip yang dipegang sosok fisik harus terbit dahulu dan memenuhi standar kualitas melalui penyempurnaan materi, isi dan substansi serta redaksional, akhirnya buku ensiklopedi ini bisa di luncurkan," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010