New Jersey (ANTARA) - Johnson & Johnson (J&J) pada Kamis (3/9) mengatakan vaksin COVID-19 eksperimental buatannya mampu mencegah hamster mengalami sakit parah.

Hasil uji coba tersebut diungkapkan pada saat produsen obat itu berupaya memulai riset tahap akhir berskala besar pada manusia akhir September.

Dalam riset praklinis, hewan yang telah divaksinasi kehilangan berat badan lebih sedikit dan memiliki sedikit virus di paru-paru mereka dan di organ lainnya dibandingkan dengan hewan yang tidak menerima vaksin.

Johnson & Johnson mulai melakukan uji klinis tahap awal pada manusia di Amerika Serikat dan Belgia pada Juli, setelah rincian dari riset pada monyet membuktikan bahwa calon vaksin buatannya, yang berkinerja paling baik, memberikan perlindungan kuat dalam satu dosis saja.

Berdasarkan data dari uji coba tahap awal, J&J berencana memulai pengujian tahap 3 pada pertengahan September.

Dalam riset praklinis yang dilaporkan pada Kamis, hamster emas asal Suriah, yang lebih rentan terhadap penyakit ketimbang monyet, terlebih dahulu disuntikkan vaksin dan kemudian dipaparkan virus corona setelah empat pekan.

Para peneliti menemukan rendahnya kadar antibodi, yang mampu menetralkan virus, dikaitkan dengan besarnya tingkat penurunan berat badan dan replikasi virus di paru-paru.

Sumber: Reuters

Baca juga: Inggris beli lebih banyak vaksin COVID-19 dari J&J, Novavax

Baca juga: UNICEF akan pimpin upaya pengadaan, distribusi vaksin COVID-19

Baca juga: AS bersiap bagikan vaksin COVID-19 akhir Oktober

Vaksin COVID-19 bukan untuk imunisasi

Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020