London (ANTARA News/AFP) - Saham-saham Eropa dan AS merosot pada Kamis waktu setempat meskipun raksasa Wall Street Goldman Sachs secara tak terduga membukukan hasil yang baik, setelah Presiden Barack Obama menguraikan rencana untuk meregulasi sektor perbankan.
Obama mengusulkan ukuran modal untuk bank-bank terbesar AS secara dramatis yang mengguncang sektor perbankan, setelah menghabiskan miliaran dolar pembayar pajak untuk menyelamatkan "terlalu besar untuk gagal" raksasa keuangan dari kejatuhan ekonomi terbesar di dunia.
"Tidak akan pernah lagi pembayar pajak Amerika akan disandera oleh bank yang terlalu besar untuk gagal," kata Obama, di Gedung Putih, bersama mantan Kepala Federal Reserve Paul Volcker, yang menjadi penasehatya dan membantu membuat kerangka aturan baru.
Presiden menyalahkan bank-bank dan krisis keuangan yang memicu krisis ekonomi terburuk sejak Depresi Besar dengan "yang secara sembrono menganbil risiko besar dalam mengejar keuntungan cepat dan bonus besar-besaran "dalam sebuah" pesta yang tidak bertanggung jawab."
Saham AS bereaksi negatif terhadap rencana tersebut, dengan indeks blue-chip Dow turun 1,94 persen dan Nasdaq turun 1,18 persen dalam perdagangan sore.
"Jika diberlakukan, usulan semacam ini akan membatasi kekuatan pendapatan bank-bank besar, yang bukan pertimbangan positif untuk investor," kata Patrick O`Hare, seorang analis di situs analisis pasar keuangan Briefing.com.
Investor gelisah juga berjumbai atas kekhawatiran bahwa perekonomian China mungkin terlalu panas dan tingkat utang di beberapa negara Eropa di luar kendali.
Selain itu ada kekhawatiran yang lebih luas kemungkinan resesi kembali tahun ini.
Perekonomian China ekspansi 8,7 persen pada 2009, data baru yang keluar Kamis menunjukkan, sementara konsultan bisnis PricewaterhouseCoopers (PWC) memproyeksikan bahwa China bisa menyalip AS sebagai perekonomian terbaik dunia pada 2020.
Tapi kenaikan terbesar inflasi China dalam 13 bulan menggarisbawahi tantangan yang lebih luas dari pertumbuhan sangat berbahaya, dan datang karena Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan lagi bahwa negara itu bisa menghadapi gelembung ekonomi.
"China mendapatkan sebuah sentuhan terlalu panas -- pasar di seluruh dunia ngeri! Itulah cara dari berbagai hal hari ini dalam ekonomi global yang banyak dikendalikan di Timur seperti di Barat," kata analis Howard Wheeldon di BGC Broker.
Kekhawatiran dengan China datang dengan latar belakang kegelisahan investor atas ekonomi global secara keseluruhan, dengan IMF dan Perserikatan Bangsa-Bangsa minggu ini memperingatkan tentang kemungkinan resesi "double-dip" tahun ini.
Kekhawatiran mereka telah meningkat di Eropa, di mana beberapa pemerintah berjuang untuk mengatasi meningkatnya tingkat utang. Masalah utang di negara-negara seperti Yunani dan Portugal juga menyeret euro terhadap dolar.
Capital Economics, sebuah konsultan, mengatakan masih ada ketidakpastian besar atas kekuatan kemungkinan dan kesinambungan dari kemajuan di Eropa.
"Sementara itu, ekonomi zona euroe dengan kombinasi ketegangan fiskal dan masalah daya saing menghadapi periode penyesuaian yang menyakitkan."
Patokan bursa London, indeks FTSE 100 turun 1,58 persen menjadi 5.335,10 poin, indeks DAX di Frankfurt turun 1,79 persen dan di Paris indeks CAC 40 merosot 1,70 persen.
Di tempat lain di Eropa, Milan turun 1,08 persen, Amsterdam tergelincir 1,23 persen dan Madrid menyusut 2,26 persen.
"Sekarang pedagang tampak sedikit gugup," kata Fred Dickson, seorang ahli strategi pasar dari perusahaan investasi DA Davidson & Co.
Namun dia menambahkan: "Kami tetap bullish, menyadari bahwa di atas rata-rata periode volatilitas harga pasar saham menjadi diharapkan.
Ada kabar baik untuk pasar saham, seperti pengaruh raksasa perbankan AS Goldman Sachs pada Kamis yang melaporkan laba kuartal keempat dan setahun penuh lebih tinggi dari yang diperkirakan meskipun ada kecenderungan penurunan laba.
Tetapi analis Jane Foley di situs perdagangan online Forex.com memperingatkan bahwa "lebih cepat dari yang diperkirakan pertumbuhan China telah meningkatkan kekhawatiran bahwa Bank Sentral China mungkin menaikkan suku bunga kuartal ini."(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010