Jakarta (ANTARA News) - Penikmat musik, termasuk di Indonesia, pada umumnya berusia remaja dan hal ini merupakan target utama yang dibidik Band Potenzio untuk berkiprah di jalur pop.

"Di negara mana pun penikmat musik umumnya remaja dan kaula muda. Jadi ke arah sanalah kami tawarkan musik power teen pop yang kami mainkan," kata vokalis Nurendra Pawaka alias Eda. saat peluncuran album bertajuk Jingga, di Jakarta, belum lama ini.

POTENZIO adalah kumpulan enam remaja penyuka musik yang sejak kecil bercita-cita menjadi musisi. Persamaan hobi mempertemukan mereka, yang kebetulan satu sekolah.

Selain Eda, band yang terbentuk di Jakarta pada 17 Agustus 2005 ini beranggotakan Ryan Nugroho (kibor, vokal), Andika Deva (gitar, piano), Rizky Pamungkas (gitar), Resya Harbie (bas), dan Raden Rohan (dram, perkusi).

Eda dan kawan-kawan semula menamakan diri NuGen (New Generation), tetapi karena sudah ada band lain yang memakai nama itu, maka mereka sepakat mengubahnya menjadi Potenzio, mulai 17 Agustus 2007.

Sesuai namanya, karya-karya Potenzio belakangan banyak digemari kaum remaja. Kemampuan musikalitas para personilnya pun membuat band ini beberapa kali menjuarai festival band hingga akhirnya digandeng resto La Piazza Kelapa Gading sebagai "home band".

"Semua itu menjadi stimulus bagi POTENZIO untuk maju dan berkarya," ujar Ayu Dyah Pasha, produser eksekutif Potenzio.

Sebagai pengusung "power teen pop", musik yang dimainkan Potenzio banyak terinpirasi musikalitas band legendaris asal Inggris, Beatles.

Menyimak album Jingga, khususnya nomor "Setengah Hati" yang diandalkan Potenzio sebagai pengantar mereka ke gerbang popularitas, orang akan teringat pada warna musik Beatles yang berjaya di era 1960-an dan 1970-an.

Lagu itu sendiri diciptakan oleh Eda, Ryan dan Rizky, dibantu musisi senior Harry Budiman.

"Walaupun banyak terinspirasi Beatles, tidak berarti Potenzio adalah cover band kelompok John, Paul, George dan Ringo. Mereka punya ciri," kata Ayu.

Perjalanan Eda dan kawan-kawan hingga tiba di dapur rekaman boleh dikatakan tidak pintas.

Untuk mewujudkan mimpi menjadi musisi, selama hampir lima tahun mereka harus naik turun panggung acara-acara pensi dan festival, bahkan harus rela mengamen di La Piaaza.

"Tapi kami bersyukur bisa melaluinya. Kami memang tidak ingin menjadi musisi instan yang muncul satu kali dan kemudian menghilang," kata kibordis Ryan.

Album Jingga digarap Potenzio sejak 2007 hingga Oktober 2009.

Menurut Eda, bandnya memang tidak ingin menyuguhkan musik "asal jadi".

"Pengalaman selama lima tahun terakhir cukup membuat kami matang. Selain musik ringan dan segar, lirik setiap lagu pun benar-benar kami pikirkan agar pas di telinga kaula muda dan remaja. Ngepop tapi berkualitas, indah dan harmonis," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010