Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan mengatakan, kasus bobolnya dana nasabah di BCA dan lima bank besar yang "hilang" pada mesin anjungan tunai mandiri (ATM) di Denpasar, Bali harus diinvestigasi.
"Melihat banyaknya dana nasabah yang hilang, kasus ini patut diinvestigasi," ujarnya ketika ditemui sebelum memberikan keterangan kepada panitia angket di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis
Ia juga mengatakan kemungkinan bobolnya suatu bank baik melalui kelalaian maupun tindakan kriminal dapat terjadi di bank yang paling canggih sekalipun.
Menurut dia, kasus ini perlu ditindaklanjuti apakah hanya terjadi di daerah tertentu saja atau juga menjalar ke daerah lain, karena kalau berdampak sistemik (menjalar ke tempat lain) dapat berbahaya.
"Kalau sistemik ini bahaya dan dengan raibnya dana nasabah harus dilihat berapa banyak kasus yang seperti ini. Kalau misalnya bukan sistemik dan dilokalisir maka bukan sesuatu mengkhawatirkan karena yang namanya pembobolan kriminal pasti ada," ujarnya.
Fauzi juga tidak mengelak ini merupakan pekerjaan sindikat internasional ketika diminta pendapatnya terutama mengenai penggunaan teknologi tinggi untuk mengetahui PIN nasabah.
"Mungkin ada dugaan indikasi sindikat internasional kalau teknologinya tinggi," ujarnya.
Ia mengharapkan kasus tersebut dapat diproses secara hukum, terutama apabila ada kelalaian bank dan kebobolan dalam bank, maka banknya harus mengganti kerugian.
Sebelumnya PT Bank BCA mengatakan kasus hilangnya uang nasabah diindikasi telah terjadi pengintipan PIN (personal indentification number) oleh pihak yang tidak berhak.
"Diindikasikan telah terjadi pengintipan PIN oleh pihak yang tidak berhak pada saat nasabah bertransaksi di ATM BCA di Bali beberapa waktu lalu," ujar Sub Divisi Hubungan Masyarakat Bank BCA.
Sementara itu, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) sudah mengantongi modus operandi pelaku terkait kasus dana nasabah enam bank besar yang "hilang" pada mesin ATM di Denpasar, Bali.
"Dari modusnya, kita sudah mendapatkan, baru nanti dikembangkan kepada pelakunya," kata Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komisaris Jenderal Ito Sumardi di Mabes Polri.
Namun demikian, Ito enggan menyebutkan secara pasti modus yang digunakan pelaku untuk membobol tabungan nasabah bank itu karena masih dalam proses penyelidikan.
Kasus ini bermula ketika nasabah BCA Kuta Bali telah melapor polisi karena tabungannya berkurang meski mereka tidak melakukan penarikan.
Jumlah uang nasabah yang lenyap diperkirakan mencapai puluhan juta. Uang nasabah yang lenyap antara Rp1 juta hingga puluhan juta rupiah.
Kehilangan uang nasabah ini diduga terjadi secara serentak, hanya dalam rentang waktu antara 16-19 Januari 2010.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010