Mosul, Irak (ANTARA News/AFP/Reuters) - Pembom jibaku bermobil menyasar markas tentara di kota Mosul, Irak utara, pada Rabu melukai sedikit-dikitnya 30 orang, termasuk 20 anggota pasukan keamanan, kata pejabat tentara.

Serangan itu terjadi pada sekitar pukul 10.00 waktu setempat (14.00 WIB) di bagian barat kota tersebut, yang terletak 350 kilometer di utara Baghdad.

Pejabat tentara itu menyatakan 18 tentara dan lima polisi termasuk di antara yang cedera tersebut.

Polisi menyatakan 10 warga juga luka akibat kejadian di dekat kantor polisi tersebut.

Sementara kekerasan secara keseluruhan di Irak turun tajam sesudah tahunan perang aliran, yang menewaskan puluh-ribuan orang, pemboman dan pembunuhan masih terjadi tiap hari.

Pejabat Irak dan Amerika Serikat menyatakan memperkirakan serangan meningkat sebelum pemilihan anggota parlemen, yang dijadwalkan berlangsung pada 7 Maret.

Kekerasan di Irak menurun tajam pada 2009 ke tingkat terendah sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2003 untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein, namun kelompok pemantau memperingatkan bahwa pencapaian keamanan tetap mendatar.

Jenderal utama Amerika Serikat dalam wawancara dengan kantor berita Prancis AFP bahkan memperingatkan, gerilyawan mungkin melancarkan serangan lebih mengejutkan, seperti pemboman dahsyat di Bagdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum pada Maret.

Mayor Jendral John D Johnson mengatakan, meski keamanan mantap pada pertengahan tahun ini, kekerasan berdalih politik, yang bertujuan memengaruhi bentuk pemerintah mendatang, perlu dikuatirkan.

Dua serangan bom jibaku menewaskan 153 orang di Bagdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan Amerika Serikat ditarik dari sejumlah kota di Irak pada ahir Juni menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak melindungi penduduk dari serangan gerilya, seperti, kelompok keras Sunni Alqaida.

Pemboman di Bagdad dan di dekat kota bergolak Mosul diduga bertujuan mengobarkan lagi kekerasan maut aliran antara warga Sunni dengan Syiah, yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski terjadi penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan terhadap pasukan keamanan dan warga masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Bagdad.

Banyak orang Irak juga kuatir akan serangan terhadap warga Syiah menyulut lagi kekerasan aliran Sunni-Syiah, yang baru mereda dalam 18 bulan belakangan. Puluhribuan orang tewas akibat kekerasan sejak serbuan pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah perkotaan sejak serbuan pada 2003 itu.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan belakangan, namun serangan meningkat menjelang penarikan tentara Amerika Serikat dan 437 orang Irak tewas pada Juni, yang merupakan jumlah kematian tertinggi dalam waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri Maliki pada Juni 2009 memperingatkan bahwa gerilyawan dan kelompok bersenjata mungkin meningkatkan serangan dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.

Kelompok bersenjata menyerang kantor lembaga swadaya masyarakat di Baghdad pada Senin dan menembak mati lima orang di dalamnya, kata polisi Irak.

Penyerang itu memasang bom di gerbang kantor tersebut, yang meledak ketika pasukan keamanan tiba, menewaskan atau mencederai beberapa dari mereka, kata kepala penjaga lingkungan Sunni setempat, Nabil al-Qaisi.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010