sebagai penghargaan atas hasil pertanian yang dinilai baik
Banyuwangi (ANTARA) - Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan 162 alat dan mesin pertanian ke Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, sebagai salah satu bentuk apresiasi kinerja bidang pertanian di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
"Kami berterima kasih kepada Kemente rian Pertanian yang terus memberikan dukungan pada bidang pertanian daerah, khususnya dengan pemberian alat dan mesin pertanian," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Kamis.
Alat dan mesin pertanian bantuan dari pemerintah pusat itu, di antaranya, mesin pemanen ukuran besar, sedang dan kecil, perontok padi, mesin perontok jagung, traktor tangan, pompa air, mesin tanam padi, mesin pengolah tanah, traktor roda empat dan penyemprot digital.
Baca juga: Banyuwangi gelar Festival Pangan Non-beras
Menurut Azwar Anas, pada masa pandemi saat ini komoditas pangan tetap menjadi kebutuhan utama semua orang. Oleh karena itu, katanya, bantuan alat dan mesin pertanian tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
"Alat dan mesin pertanian yang diperoleh Banyuwangi akan semakin memudahkan kerja para petani. Proses pertanian akan lebih mudah dan efisien," kata Bupati Anas.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan mengatakan bahwa Tahun 2020 ini Banyuwangi mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian dengan jumlah yang cukup banyak.
Baca juga: Banyuwangi surplus beras 126.831 ton
Salah satu alasan banyaknya jumlah bantuan dari pemerintah pusat, kata Arief, karena hasil produksi komoditas pangan Banyuwangi dinilai sangat baik.
"Bantuan ini sebagai penghargaan atas hasil pertanian yang dinilai baik, yakni produksinya sudah surplus atau berlebih dari kebutuhan di dalam daerah," tuturnya.
Ia mencontohkan, seperti komoditas beras pada 2018 produksinya surplus 298 persen dengan perbandingan jumlah produksi beras sebanyak 464.020 ton dan tingkat konsumsi warga hanya 166.808 ton. Untuk 2019 surplus 299 persen, dengan jumlah produksi sebesar 466.000 ton dan konsumsinya hanya 166.747 ton.
Baca juga: Salak Banyuwangi diekspor perdana ke Hongkong saat pandemi COVID-19
Begitu pula dengan jagung, kata Arief, mengalami surplus produksi, seperti di 2018 hingga mencapai 204,8 persen, yakni produksi 177.341 ton, sedangkan tingkat konsumsinya hanya 4.313 ton. Pada 2019 surplus 173 persen dengan produksi 177.341 ton, tingkat konsumsinya hanya 4.314 ton.
"Sehingga hasil padi dan jagung kabupaten kami juga dikirim ke beberapa daerah untuk memenuhi kebutuhan di sana," katanya.
Arief menambahkan, sebagian besar alat-alat dan mesin pertanian tersebut telah diserahkan kepada para petani daerah melalui kelompok-kelompok tani, dan nantinya alat dan mesin tersebut juga bisa digunakan oleh petani di luar kelompok tani.
"Jadi kami ingin bantuan alat dan mesin tersebut bisa digunakan oleh lebih banyak petani di daerah. Caranya, kami minta para kelompok tani untuk membuat usaha jasa pelayanan alsintan bersama. Di dalam usaha tersebut salah satunya memfasilitasi petani-petani lain yang tidak tergabung dalam kelompok agar bisa menggunakan alsintan tersebut," ujarnya.
Baca juga: Banyuwangi ekspor perdana beras organik ke Italia
Pewarta: Masuki M. Astro/Novi Husdinariyanto
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020