Kami telah mengembangkan seperangkat kebijakan yang disebut 4 Cara Bertindak. Empat prioritas tersebut adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik, pengembangan pertanian modern.

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memaparkan empat strategi Indonesia dalam memperkuat ketahanan pangan di tengah pandemi COVID-19 dan era normal baru, dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-35 Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC) FAO yang dilaksanakan secara virtual, Kamis.

"Kami telah mengembangkan seperangkat kebijakan yang disebut 4 Cara Bertindak. Empat prioritas tersebut adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik, pengembangan pertanian modern," kata Mentan Syahrul dalam konferensi virtual di Jakarta, Kamis.

Mentan merinci bahwa pada peningkatan kapasitas produksi, upaya tersebut dilakukan melalui percepatan tanam padi, konversi lahan rawa menjadi lahan pertanian, serta perluasan areal kawasan budidaya baru untuk komoditas strategis.

Baca juga: Harga pangan dunia meningkat pada Juli, memperpanjang lambungan

Strategi kedua dilakukan diversifikasi pangan, yakni melalui pemanfaatan pekarangan dan penggunaan lahan marjinal untuk menghasilkan pangan lokal yang sehat melalui Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

Ketiga, Indonesia memperkuat cadangan pangan dan sistem logistik melalui pengembangan cadangan pangan di tingkat provinsi dan masyarakat, serta meningkatkan sistem logistik pangan nasional untuk stabilisasi pasokan dan harga.

Keempat, pengembangan pertanian modern yang dilakukan melalui mekanisasi pertanian, smart farming; pemanfaatan "screen house", pelaksanaan lumbung pangan atau food estate dan korporasi petani.

Baca juga: Ahli berikan empat rekomendasi terkait ketahanan pangan di ASEAN

Syahrul menyerukan kepada peserta dari berbagai negara untuk memperkuat kolaborasi dan mendukung FAO inisiatif "hand in hand" melalui Kerja Sama Selatan-Selatan dan Kerja sama Triangular.

"Indonesia siap untuk berbagi pengalaman dengan setiap negara di kawasan bersama-sama, untuk berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG)," kata Mentan.

Ada pun Konferensi Regional FAO yang diselenggarakan setiap dua tahun merupakan forum untuk membahas tren dan tantangan regional saat ini dan ke depan.

Baca juga: Wapres minta "food estate" libatkan masyarakat daerah

Dalam konferensi tahun ini, inisiatif baru FAO "Hand in Hand" menjadi salah satu bahasan utama. Inisiatif ini berfokus pada peningkatan kerja sama dan dukungan terhadap potensi daerah tertinggal dan kelompok penduduk yang rentan sejalan dengan komitmen PBB untuk "tidak meninggalkan siapa pun."

Inisiatif menargetkan kelompok yang paling rentan, dan terutama di kelompok populasi, wilayah dan negara yang lebih miskin. Inisiatif ini akan berbasis pada bukti di lapangan dan memanfaatkan analisis komprehensif menggunakan data dan informasi geospasial multidimensi.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020