Padahal investasi yang bagus itu bila ada nilai tambah dari kegiatan usaha tersebut, berarti harus ada industri pengolahan. Kami perlu hilirisasi industri. Kalau cuma perdagangan ya tidak dapat apa-apa.
Palembang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendorong investasi pada sektor industri pengolahan karena dinilai memiliki nilai tambah bagi perekonomian di daerah.
Kepala Biro Perekonomian Afrian Joni di Palembang, Kamis, mengatakan selama ini investasi yang masuk ke Sumsel masih berkutat pada sektor tersier, yang mencakup perdagangan dan jasa.
“Padahal investasi yang bagus itu bila ada nilai tambah dari kegiatan usaha tersebut, berarti harus ada industri pengolahan. Kami perlu hilirisasi industri. Kalau cuma perdagangan ya tidak dapat apa-apa,” kata dia.
Baca juga: Kadin: lawan deindustrialisasi dini dengan hilirisasi
Menurut Joni, realisasi investasi yang masih dalam tren meningkat menunjukkan bahwa iklim investasi di provinsi itu kondusif. Terbentuknya iklim investasi itu tidak terlepas dari dukungan kemudahan regulasi yang dibuat pemda bagi investor serta jaminan keamanan dalam berusaha.
“Terlebih infrastruktur juga sudah bagus walaupun tetap harus ditingkatkan,” kata dia.
Selain itu, pemprov juga berkomitmen untuk mempermudah perizinan usaha. Menurutnya, pengurusan izin di tingkat provinsi sudah cepat, bahkan tiga menit sudah bisa terbit.
Baca juga: BPS catat ekspor industri pengolahan Juni 2020 tumbuh 15,96 persen
Hanya saja, investor memang tetap harus mengurus perizinan lainnya, seperti izin lokasi, amdal dan IMB di tingkat kabupaten/kota sesuai dengan lokasi usaha.
“Memang alangkah baiknya jika kita mempunyai satu kawasan yang terpusat untuk industri, sehingga insentif bagi pelaku usaha itu akan lebih terasa dan mudah jika mau berinvestasi di kawasan tersebut,” kata dia.
Oleh karena itu, Pemprov tetap berkomitmen untuk merealisasikan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api—Api (TAA) di Kabupaten Banyuasin.
“Investor mau investasi di industri pengolahan harus ada infrastrukturnya, pelabuhan harus tersedia, kawasan industrinya harus ada maka Sumsel akan lebih siap bersaing,” kata dia.
Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumsel mencatat realisasi investasi hingga Semester I/2020 telah mencapai Rp11,86 triliun. Capaian itu setara dengan 48,53 persen dari target senilai Rp24,6 triliun.
Kepala DPMPTSP Sumsel Megaria mengatakan investasi yang masuk ke Sumsel masih didominasi modal asing. Di mana penanaman modal asing (PMA) tercatat senilai Rp7,39 triliun. Sementara untuk penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp4,45 triliun.
“Sektor tersier menjadi penyumbang terbesar investasi. Diikuti sektor primer seperti pertambangan, kehutanan dan ketahanan pangan. Dan ketiga sektor industri,” kata dia.
Penanaman modal di sektor tersier itu mencakup kegiatan jasa, hotel, restoran, konstruksi listrik, gas dan air.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020