Jakarta (ANTARA) - Twitter menjelaskan latar belakang sebuah topik menjadi tren di platformnya dengan menyematkan salah satu cuitan pada topik yang ramai dibicarakan.
Langkah itu diambil Twitter setelah melihat banyak pengguna mempertanyaan sebuah topik bisa menjadi tren di Twitter.
"Mengapa ini menjadi tren?" Pertanyaan itu sebenarnya di-Tweet lebih dari setengah juta kali selama setahun terakhir!," ujar Twitter dalam postingan blog resminya, dikutip Kamis.
Baca juga: Peretasan Twitter diduga libatkan remaja lain
Baca juga: Twitter rilis pengaturan baru percakapan, siapa bisa balas cuitan
"Untuk membantu dalam hal ini, kami menambahkan Tweet yang dipasangi pin dan deskripsi tentang tren untuk membantu menjelaskan mengapa sesuatu menjadi tren," Twitter melanjutkan.
Beberapa topik yang sedang tren akan dilengkapi dengan cuitan perwakilan yang disematkan untuk memberi lebih banyak informasi tentang topik yang sedang tren tersebut.
Twitter menggunakan kombinasi algoritma dan tim kurasi untuk menentukan apakah sebuah cuitan mewakili dan mencerminkan topik yang sedang tren.
"Algoritma kami dirancang untuk mengidentifikasi cuitan perwakilan yang tidak berpotensi menyinggung, spam, atau diposting oleh akun yang mencoba memanfaatkan sistem kami," kata Twitter.
Penambahan cuitan yang disematkan pada topik yang sedang tren tersebut telah dirilis di iOS maupun Android, dan segera hadir di twitter.com.
Dalam beberapa pekan mendatang, Twitter juga akan menambahkan deskripsi singkat pada sebuah topik yang sedang tren untuk membantu menambah konteks.
"Deskripsi tersebut akan memberikan konteks langsung dan bersumber jelas seputar mengapa sesuatu menjadi tren," Twitter menjelaskan.
Deskripsi tentang tren tersebut dikembangkan oleh tim kurasi Twitter, dan dapat ditemukan di twitter.com dan Twitter untuk iOS dan Android.
Cuitan yang disematkan dan deskripsi tentang tren akan tersedia di Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Kolombia, Mesir, Prancis, India, Irlandia, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, Arab Saudi, Spanyol, Inggris Raya, Uni Emirat Arab dan Amerika Serikat.
"Untuk memperjelas percakapan, kami berharap dapat menambahkan lebih banyak konteks ke lebih banyak tren dari waktu ke waktu," ujar Twitter.
Baca juga: Twitter dan TikTok bahas akuisisi?
Baca juga: Twitter uji coba pisahkan "retweet" dengan "quote tweet"
Baca juga: Remaja peretas Twitter mengaku tidak bersalah
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020