Wonosobo (ANTARA) - Sebanyak 47 tenaga kesehatan (nakes) di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, terkonfirmasi positif COVID-19 sehingga layanan kesehatan bisa terancam terganggu kata Sekretaris Daerah Kabupaten Wonosobo One Andang Wardoyo.

Andang di Wonosobo, Rabu, menyebutkan jumlah nakes yang positif COVID-19 hingga Selasa (1/9), telah mencapai 47 orang, berasal dari berbagai profesi, mulai dari perawat, bidan, dokter hingga dokter spesialis.

"Hal ini harus menjadi perhatian kita semua, karena banyaknya nakes yang terpapar jelas akan mengganggu pelayanan kesehatan di lini faskes pertama hingga ke rumah sakit," katanya usai acara penyerahan penghargaan bagi kreator video pencegahan COVID- 19 di Pringgitan Pendapa Kabupaten Wonosobo.

Ia menegaskan masyarakat harus bisa memahami situasi dan kondisi di Kabupaten Wonosobo saat ini dengan lebih meningkatkan kewaspadaan dan ketaatan terhadap protokol kesehatan secara disiplin.

Baca juga: Kasus COVID-19 di Wonosobo capai 200 orang

Baca juga: Di Wonosoba-Jateng ditemukan tempat usaha tak terapkan protokol

"Saya berharap agar warga yang memeriksakan diri, baik di puskesmas, di rumah sakit maupun di tempat praktik pribadi dokter bisa lebih jujur terkait dengan riwayat penyakit maupun apabila memang memiliki riwayat kontak dan perjalanan ke daerah-daerah terpapar COVID-19," katanya.

COVID-19 bukan merupakan penyakit rekaan maupun buah dari konspirasi sebagian pihak sehingga harus disikapi dengan kewaspadaan bersama seluruh elemen masyarakat.

Kepada para tenaga kesehatan, Sekda juga meminta agar mereka lebih berhati-hati saat berhadapan dengan pasien, dengan melengkapi alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar demi mencegah potensi penularan.

Menurut dia, Pemkab juga tengah mengupayakan agar ada dukungan kepada tenaga medis dalam bentuk tambahan nutrisi demi meningkatkan imunitas mereka.

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Wonosobo Muhammad Riyatno membenarkan jumlah nakes yang terpapar COVID-19 saat ini memang terakumulasi mencapai 47 orang.

"Jumlah yang terakumulasi tersebut dihitung sejak awal pandemi, sehingga ada beberapa yang memang telah sembuh, dan ada pula yang saat ini masih menjalani perawatan," katannya.

Kenyataan bahwa petugas di garda depan perjuangan menghadapi COVID-19, justru banyak yang terpapar corona, menurut Riyatno, sangat memprihatinkan karena mereka memiliki tugas melayani kebutuhan kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu dia mengimbau agar setiap nakes di berbagai fasilitas layanan kesehatan benar-benar menerapkan protokol kesehatan secara ketat, termasuk ketika mereka berada di luar faskes.

Ia mengakui penambahan jumlah kasus COVID-19, telah mengakibatkan penuhnya ruang isolasi di rumah sakit rujukan sampai gedung karantina sementara, sehingga pihaknya kini memutuskan untuk mengaktifkan sanggar kegiatan belajar (SKB) Wonosobo sebagai gedung karantina sementara.

"Untuk menghindari penumpukan di rumah sakit, kita mulai 1 September 2020 menyiapkan SKB Wonosobo dan juga masih terus melobi Pemerintah Provinsi Jateng agar mengizinkan gedung eks Akper Pemprov di Sumberan Wonosobo Barat sebagai tempat karantina pasien positif COVID-19 dengan tanpa gejala atau bergejala sangat ringan," katanya.*

Baca juga: Ada lonjakan penambahan kasus COVID-19 di Wonosobo

Baca juga: Hasil tes usap tujuh warga Wonosobo direvisi jadi negatif COVID-19

Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020