Surabaya (ANTARA News) - Guru besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Moses L. Singgih, Selasa, mengibaratkan pakta perdagangan bebas ASEAN dan China atau ASEAN-China Free Trade Agreement (AC-FTA) dengan perang.

"ACFTA itu ibarat perang, karena itu kalau ingin menang, maka produktivitas merupakan kuncinya," kata guru besar Teknik Industri ITS itu di Surabaya, Selasa.

Namun, Ketua Pusat Jaminan Mutu ITS yang dikukuhkan sebagai guru besar pada 20 Januari 2010 itu yakin Indonesia tidak akan kalah di perang itu.

"Orang Indonesia itu sudah teruji dalam perang yang sesungguhnya, karena itu orang Indonesia sebaiknya diadu saja dengan orang lain dalam ACFTA itu," katanya.

Alumni ITB (S1/S2) itu berpendapat AC-FTA sebaiknya tidak ditunda, karena penundaan justru sama dengan memanjakan orang Indonesia sendiri. "Biarkan, orang Indonesia diadu saja dalam pertarungan yang ada. Mereka akan justru produktif," katanya.

Doktor lulusan CEPA University of Queensland, Australia itu berpendapat produktivitas itulah yang akan menentukan siapa yang menjadi pemenang dalam "perang" itu.

"Produktivitas itu berarti efisien dalam segala hal, baik sumber daya manusia maupun sarana dan prasarana yang dimiliki," katanya.

Cara itu membuat pengusaha harus mempertimbangkan keinginan konsumen, melakukan identifikasi keunggulan orang lain dengan meninggalkan kekurangannya.

Selain itu, perusahaan harus memiliki ciri khas yang membedakan dari perusahaan lain, lalu pengusaha harus mempertahankan hasil yang sudah dicapai selama ini untuk ditingkatkan.

"Ada orang bilang bahwa membuang limbah merupakan cara untuk mewujudkan produktivitas, padahal green productivity dengan mencegah terjadinya limbah sejak awal juga produktivitas karena ada penghematan," katanya.

Contoh lain, ada orang bilang bahwa produktivitas itu menggaji karyawan serendah-rendahnya, padahal hal itu justru mengurangi produktivitas.

"Kalau kita memberi gaji tinggi kepada karyawan, maka produktivitasnya akan meningkat, sehingga perusahaan justru akan diuntungkan, apalagi jika perusahaan menambah sarana dan prasarana yang makin efisien," katanya.

Ia menambahkan, rumus produktivitas bukan hanya potensi yang ada, tapi potensi yang ada tapi potensi itu dijalankan menjadi produktivitas yang berkesinambungan.(*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010