Yogyakarta (ANTARA) - Setelah disebar di beberapa wilayah yang ditetapkan sebagai sasaran uji coba, saat ini nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri wolbachia mulai disebar merata di seluruh wilayah Kota Yogyakarta sebagai upaya menekan kasus demam berdarah.
“Pada awalnya, mungkin akan ada lebih banyak nyamuk di lingkungan masyarakat. Tetapi, tidak perlu risau. Masyarakat tetap bisa menggunakan obat nyamuk atau melakukan pemberantasan sarang nyamuk,” kata Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi usai penyebaran nyamuk aedes aegypti berwolbachia di Kecamatan Kotagede Yogyakarta, Rabu.
Nyamuk aedes aegypti yang sudah mengandung bakteri wolbachia diharapkan dapat menginfeksi nyamuk aedes aegypti lainnya sehingga populasi nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia akan semakin banyak. Bakteri wolbachia dinilai dapat menahan laju replikasi virus dengue yang dibawa nyamuk yang menyebabkan penyakit demam berdarah.
Uji coba penggunaan nyamuk berwolbachia untuk menekan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta sudah dilakukan sejak 2011, diawali dari Kecamatan Tegalrejo dan Wirobrajan.
Baca juga: Cegah DB, Yogyakarta lanjutkan penyebaran nyamuk be-wolbachia cegah DB
Baca juga: Aedes Aegypti dengan Wolbachia aman atasi DBD
“Dari uji coba tersebut, hasilnya cukup bagus karena kasus demam berdarah turun. Selanjutnya, penyebaran nyamuk berwolbachia pun diperluas setiap tahun dan pada tahun ini seluruh wilayah di Yogyakarta sudah menjadi sasaran penyebaran,” katanya.
Ia pun berharap, kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta bisa terus ditekan secara signifikan. Pada 2016 total kasus demam berdarah di Yogyakarta mencapai sekitar 1.700 kasus dan pada sepanjang 2019 turun menjadi sekitar 300 kasus.
“Kesimpulannya, nyamuk berwolbachia memiliki peran yang signifikan untuk menurunkan kasus demam berdarah,” katanya.
Salah satu wilayah yang menjadi sasaran penyebaran nyamuk berwolbachia pada tahun ini adalah di Kelurahan Rejowinangun dengan 420 ember berisi telur nyamuk untuk ditetaskan.
Kegiatan penyebaran nyamuk berwolbachia di Kota Yogyakarta dilakukan bersama dengan World Mosquito Program (WMP) serta Yayasan Tahija.
Sementara itu, Peneliti Pendamping WMP Riris Andono Ahmad mengatakan pada awalnya Kota Yogyakarta dibagi dalam 24 kluster, masing-masing 12 kluster sasaran dan 12 kluster sebagai pembanding.
“Penyebaran nyamuk berwolbachia tersebut mampu menurunkan 77 persen kasus demam berdarah. Misalnya di daerah pembanding ada 100 kasus, maka di daerah sasaran ada 33 kasus,” katanya.
Ia berharap, saat nyamuk berwolbachia sudah disebar merata di seluruh wilayah Kota Yogyakarta, maka jumlah kasus demam berdarah akan semakin turun.
“Upaya pengendalian kasus demam berdarah dengan nyamuk berwolbachia ini akan diperluas, salah satunya ke Kabupaten Sleman,” katanya.*
Baca juga: Yogyakarta uji metode wolbachia untuk kendalikan DBD
Baca juga: UGM kembangkan nyamuk anti-deman berdarah
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020