Padang (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pesisir Selatan (Pessel) Sumatra Barat (Sumbar) mengimbau kepada para peternak sapi potong untuk tidak menjual induk betina unggul guna pencapaian target populasi 98.000 ekor sapi tahun ini.
"Kalau induk sapi ikut dijual, target pengembangan ternak (pencapaian populasi) diyakini bakal terganggu, kecuali dalam keadaan mendesak," kata Kepala Dinas Peternakan Pessel, Syuheri, di Painan, ibu kota Pessel, Senin.
Ia mengatakan, upaya ini merupakan wujud keseriusan Pessel masuk dalam bagian Indonesia Swasembada Daging Sapi 2010.
"Apalagi Pessel dikenal sebagai daerah penghasil daging sapi potong ke dua terbesar di Sumbar," katanya.
Selain itu, beberapa langkah pendukung lain sudah digencarkan, seperti menggiatkan sosialisasi serta penyuluhan tata cara mengembangbiakkan sapi ke peternak.
Ia mengatakan, kalau sekarang satu Kepala Keluarga (KK) peternak baru memiliki 2-3 ekor sapi potong betina, ke depannya dioptimalkan menjadi 5-6 ekor.
Selain itu, Dinas Peternakan setempat menyiapkan program inseminasi buatan (IB) gratis semenjak setahun lalu, dengan sasaran 33.000 ekor induk sapi produktif.
"Targetnya, bisa menambah populasi menjadi 10.000-an ekor," katanya.
Data dari Dinas Peternakan Pessel, populasi Sapi Potong 84.000 ekor/tahun, dengan jumlah peternak 35.000 KK (total penduduk Pessel 95.000 KK).
Populasi terbanyak di Kecamatan Lengayang (16.000 ekor) dan Bayang (14.000 ekor).
Potensi lahan terlantar yang bakal disuburkan untuk lokasi penggembalaan sapi seluas 18.400 hektare, yang terhampar mulai dari Kecamatan Koto XI Tarusan hingga Lunang Silaut.
Pada 2008 pemerintah setempat memberikan bantuan sapi betina untuk dikembangbiakkan kelompok peternak sebanyak 448 ekor, dan pada 2009 program bantuan sama dilakukan ke 600 KK (600 ekor). Sapi Pessel, terdiri atas 60 persen sapi lokal dan 40 persen sapi hasil perkawinan silang.
Produksi daging 6.878.000 Kg/Tahun, dengan harga daging terakhir di Pasar Inpres Painan pada Kamis kemarin Rp60.000/Kg.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010