"Saya tidak mengira respons masyarakat akan sebaik ini," kata Ahmad Fuadi kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Semenjak diluncurkan pada Juli 2009, Ahmad uadi mengaku sudah mendapatkan banyak undangan bedah buku yang datang dari berbagai daerah.
"Saya mendapatkan undangan bedah buku dari berbagai daerah seperti Bogor, Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan dan lain sebagainya," katanya.
Ia menjelaskan, pihak yang mengundangnya dalam acara bedah buku ingin mengupas tuntas mengenai novel Negeri Lima Menara yang ditulisnya.
"Novel Negeri Lima Menara dianggap memiliki pesan moral yang inspiratif bagi sebagian orang yang membacanya," katanya.
Ia menjelaskan, novel tersebut diangkat dari kisah nyata perjalanan hidupnya yang pernah menjalani pendidikan di pondok pesantren hingga akhirnya berhasil meraih mimpi-mimpinya.
"Novel ini mengandung banyak pesan untuk tidak takut bermimpi setinggi-tingginya soal masa depan," katanya.
Novel Negeri Lima Menara merupakan buku pertama dari sebuah trilogi, dan buku keduanya masih dalam proses penulisan.
Ahmad Fuadi merupakan mantan wartawan Tempo dan VOA dan kini menjadi direktur komunikasi di sebuah lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang konservasi.
Ia merupakan alumni pondok pesantren Gontor, lalu melanjutkan kuliah di UNPAD dan pernah mendapatkan beasiswa S2 di School of Media and Public Affairs, George Washington University.
"Melalui novel Negeri Lima Menara ini saya ingin mengajak generasi muda untuk tidak meremehkan impian walau setinggi apapun, terutama soal pendidikan dan masa depan," katanya.(*)
Oleh
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010