Shanghai (ANTARA News/Reuters) - Google Inc, pemilik mesin pencari terpopuler di dunia, menegaskan bahwapihaknya masih berpikir dan membantah segera hengkang dari China setelah mengalamiserangan bertubi-tubi pada jejaringnya yang berimbas pada pencurian hakkekayaan intelektual.

Perusahaan multimedia tersebut memberikan pernyataan itu setelah memasuki minggu kedua dari negosiasi panjang yang berisiko tinggi dengan pemerintah China, di tengah spekulasi lembaga bisnis yang berkantor pusat di Amerika Serikat ini bakal hengkang dari China demi mencegah kegiatan mata-mata di dunia maya.

Google menyatakan, tidak sanggup lagi untuk menyaring konten dalam google berbahasa China (www.google.cn), dan berusaha untuk menjadi mesin pencari legal tanpa penyaring (filter) atau keluar dari pasar.

Kebanyakan dari penyaring di laman www.google.cn masih berada pada tempatnya pada minggu (17/1), dan mampu menghasilkan beberapa pencarian, seperti kasus pembunuhan massal Tiananmen pada 4 Juni 1989, dan tampaknya masih leluasa untuk di cari.

Pihak Google mengumumkan, ketertarikan pengguna Internet di China sekira 384 juta orang, yang merupakan pasar Internet terbesar berdasarkan jumlah pengguna melalui berbagai blog dan sejumlah media lokal yang menjadi "penyusup tanpa nama", seperti yang di katakan pihaknya bahwa telah memutuskan untuk menutup kantornya di China.

Pihak Google langsung membantahnya, dan mengatakan bahwa perusahaannya sedang dalam proses pemeriksaaan internal terhadap jaringannya sejak serangan pada pertengahan Desember. Pihaknya juga mengatakan akan menunda pembicaraan dengan pihak pemerintah China selama beberapa minggu kedepan.

China mencoba memberikan ancaman terhadap Google agar hengkang dari negeri itu, dan pihaknya menyatakan bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan persoalan itu, tetapi paksaan terhadap semua perusahaan asing yang ada di China, termasuk Google harus tunduk pada hukumnya.

Pihak Gedung Putih mengatakan hal itu membawa pada masalah diplomatik terhadap China yang secara resmi harus memberi penjelasan terhadap serangan tersebut.

Isu Google menjadi sesuatu yang menggangu hubungan China dan AS, dan dibuktikan pada pernyataan terhadap turunnya nilai tukar mata uang China , proteksionisme perdagangan dan persejataan AS yang di jual ke Taiwan.

Gedung Putih telah lama megkhawatirkan program mata mata cyber (dunia maya) Beijing. sebuah pernyataan dari kongres mengatakan pada bulan November pemerintah China mencoba meningkatkan serangan pada komputer AS untuk mengumpulkan data yang berguna bagi militernya.

Ketika pihak Google memperkenalkan situs www.google.cn pada tahun 2006 dengan kebijakan menyaring sendiri pencarian. Hal itu dinyatakan sebagai keuntungan buat China dalam memperluas akses informasi.

"Kami berpikir bahwa kami telah membuat keputusan yang beralasan, tetapi kami tidak yakin akhirnya akan menjadi salah satu yang terbaik," kata juru bicara utama Goolge kepada komisi hubungan internasional AS pada 2006.

Google secara umum keberatan atas sensor yang terjadi dan menuding bahwa para peretas dari China yang melancarkan serangan yang berimbas pada pencurian dari hak kekayaan intelektualnya yang dipandang sebagai tindakan berani.

"Kami tidak pernah melihat sebuah perusahaan yang berada di bawah kekuasaan pemerintahan China yang bekerja untuk publik dan sekaligus sedang berkonfrontasi," Tutur James McGregor, konsultan senior kepada badan konsultasi urusan publik Apco Worldwide.

Tetapi, hal itu bisa jadi bumerang yang menandakan bahwa perusahaan itu telah menghancurkan prospeknya sendiri di China terlepas dari ia keluar dari ancaman atau hengkang dari China.

Analis JPMorgan, Dick Wei, mengatakan bahwa hubungan Google dengan pemerintah China sedang genting dan jika pihaknya memutuskan tetap di China, hal itu dapat menjadi alasan untuk memperketat peraturan.

Wang Jinjin Analis dari UBS juga percaya bahwa hubungan Google dengan para pengiklan telah rusak sebagai dampak dari ancaman dan mereka akan pilih Baidu Inc sebagai mitra.

Di lain pihak posisi Yahoo menanjak setelah rekan bisnisnya di China Grup Alibaba menyatakan berhenti membantu Google.

Melihat kasus Google, maka Microsoft Corp. selaku pihak pesaing di bisnis teknologi informasi di www.msn.com mengatakan bahwa tak ada alasan buat kami hengkang dari China.

Pihak Microsoft menaruh harapan besar pada Bing mesin pencarinya di China, yang memiliki pasar yang kecil tetapi dapat menjadi keuntungan jika Google yang berada di urutan kedua dibelakang dominasi lokal pesaingnya Baidu Inc keluar. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010