Serang (ANTARA News) - Sebagian besar nelayan Karangantu, Kota Serang, Banten, selama sepekan terakhir tak melaut akibat cuaca buruk dan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari terpaksa mengutang ke tengkulak maupun warung milik tetangga.
"Jika tidak melaut, maka kami tidak mempunyai penghasilan, dan kami pun tidak mempunyai pekerjaan sampingan lain," kata Radi (40) seorang nelayan Karangantu.
Dia mengatakan, dirinya sudah seminggu tidak melakukan aktivitas melaut menyusul memburuknya cuaca di perairan Karangantu sehingga membuat nelayan merasa takut.
Selama tidak melaut, kata dia, untuk makan sehari-hari terpaksa berutang dulu ke warung atau tengkulak ikan dan membayar kembali setelah cuaca normal kembali.
Beda dengan Radi, Yanto nelayan lain yang dijumpai di Karangantu, justru tetap melaut dalam cuaca jelek tersebut.
Namun, jika biasanya ia berada di laut hingga satu minggu, sekarang hanya kuat selama dua hari.
Ia mengaku terpaksa melaut karena terdesak dengan kebutuhan hidup sehari-hari, meskipun cuaca buruk mengancam hidupnya.
"Meski jika di hitung kami akan mengalami kerugian, karena biaya solar lebih mahal dibandingkan dengan hasil ikan yang kami tangkap.
Sementara itu, Kepala Bidang Kelautan Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kelautan Kota Serang Sri membenarkan bahwa cuaca buruk yang diprediksikan sampai bulan depan.
Sedangkan terkait masalah nasib para nelayan, Sri mengatakan, pihaknya pernah menganjurkan kepada para nelayan agar saat musim panen ikan, hasil tangkapannya di jual dengan sistem lelang berjalan.
Dengan sistem itu, sebagian kecil dana akan disimpan untuk musim paceklik seperti sekarang ini, tetapi para nelayan menolak sistem tersebut.
"Jika para nelayan mau, mengikuti anjuran yang kami ajukan, maka mereka tidak perlu khawatir untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di musim paceklik seperti sekarang," kata Sri.
Karena, tegas Sri, pada musim panen mereka sudah menyimpan sebagian dana untuk menghadapi musim paceklik.
Meski demikian pihaknya akan tetap berusaha untuk mensosialisasikan sistem tersebut, kepada para nelayan.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010