Lebak (ANTARA News) - Komoditas buah dukuh asal Kabupaten Lebak, Banten, selama dua pekan terakhir ini membanjiri pasar Jakarta menyusul tibanya musim panen.
Pantauan, Minggu, sejumlah pedagang di Pasar Rangkasbitung ratusan karung buah dukuh diangkut menggunakan kereta api dan kendaraan Colt untuk dibawa ke sejumlah pasar di Jakarta.
Buah dukuh yang masih segar dijual antara Rp4.000-5.000 per kilogram.
Kualitas komoditi buah dukuh Lebak tidak jauh dengan dukuh Palembang, baik rasanya maupun besar buahnya.
Dukuh Lebak selain rasanya manis juga kulitnya tipis, sehingga laku keras di pasaran.
Bahkan, banyak juga warga luar daerah untuk dijadikan oleh-oleh.
Among (50) seorang padagang dukuh mengaku dirinya setiap hari terus memenuhi pasar Jakarta karena buah dukuh Lebak haragnya sangat murah juga rasanya manis.
"Saya setiap hari mengangkut dukuh sebanyak 20 karung menggunakan kereta api," katanya.
Menurut dia, tahun ini musim panen buah dukuh meningkat dibandingkan tahun lalu karena saat ini pasokan dukuh dari petani masih melimpah.
Diperkirakan panen dukuh hingga berlangsung Maret, sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat.
"Saya kira saat ini budidaya tanaman dukuh mulai digemari masayarakat karena harganya cukup bagus," katanya.
Begitu pula Edi (40) seorang pedagang mengaku hingga kini dirinya menjual dukuh ke pedagang penampung di Kebayoran, Jakarta yang sudah menjadi langganan tetap jika musim panen.
Mereka langganan tersebut dijual kembali ke pengecer dengan harga Rp10.000 sampai Rp15.000 per kilogram.
"Saya kira warga Jakarta menyukai buah dukuh dari Lebak, karena permintaan terus meningkat," katanya.
Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Lebak dede Supriatna, mengatakan saat ini buah dukuh yang dipasok ke Jakarta berasal dari Kecamatan Cikulur dan Warunggunung.
Kedua kecamatan tersebut merupakan sentra dukuh karena keasaman tanahnya sangat cocok dikembangkan tanaman tersebut.
"Dengan tingginya permintaan buah dukuh di pasaran kami akan memprogramkan pengembangan tanaman itu ke kecamatan lainya," ujarnya.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010