sebanyak 16 anak di bawah umur itu mengaku bangga, ketika video tawurannya diviralkan oleh akun media sosial ternama
Jakarta (ANTARA) - Kapolsek Palmerah Kompol Supriyanto menyebutkan tawuran yang melibatkan anak-anak SMP di Kota Bambu Utara disebabkan keinginan para pelaku agar bisa eksis di media sosial Instagram.
"Memang sengaja itu mereka viralkan agar tayang di media sosial. Jadi sepertinya mau menunjukkan jago-jagoan saja," kata Supriyanto di Jakarta, Selasa.
Pelaku yang terlibat tawuran, menurut Supriyanto, merupakan anak-anak dari RW8 dan RW3 Kota Bambu Utara, Palmerah, Jakarta Barat.
Baca juga: Ada tiga anak di bawah umur terlibat tawuran di Cempaka Putih
Supriyanto mengatakan, sebanyak 16 anak di bawah umur itu mengaku bangga, ketika video tawuran diviralkan oleh akun media sosial ternama.
Tawuran tersebut dilakukan pada Sabtu (29/8) dini hari, dan berlangsung selama lima menit.
Saat diperiksa, anak-anak tersebut berusia antara 12-14 tahun. Tawuran tersebut ditujukan untuk direkam dan diviralkan ke media sosial.
Baca juga: Tersangka pembacok pada tawuran anak di Tambora diburu polisi
Anak-anak tersebut sudah dipulangkan ke rumah orangtua masing-masing, lantaran masih di bawah umur.
"Kami sudah panggil orang tuanya dan diminta untuk membuat surat pernyataan. Rencananya akan kami panggil pihak sekolah juga," ujar Supriyanto.
Kendati demikian, mayoritas dari anak-anak itu sudah tidak bersekolah sehingga tidak takut ketika diancam akan dilaporkan ke pihak sekolah.
"Mayoritas sudah enggak sekolah. Jadi tidak takut jika diancam KJP dicabut," ujar Supriyanto.
Baca juga: Satu korban tewas dalam tawuran anak di bawah umur di Tambora
Selain itu, pihaknya masih mencari barang bukti berupa senjata tajam yang dipakai pelaku tawuran. Diduga senjata tajam mereka telah dibuang, ketika dikejar oleh aparat polisi.
Supriyanto mengakui tawuran di Kota Bambu Utara sudah sering, dan membuat warga terbiasa. Dia mengaku tengah mencari solusi agar dapat meredam tawuran yang diinisiasi anak-anak labil itu.
Namun pihak Polsek Palmerah butuh dukungan dari para orang tua pelaku tawuran dan tokoh masyarakat setempat agar tawuran tidak terus berulang.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020