Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat sosial politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Arie Sujito memprediksi pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang akan melakukan evaluasi koalisi, tidak akan berujung pada resuffle kabinet.

"Sebenarnya pernyataan SBY itu lebih kepada bargaining ulang terkait jabatan di kabinet dari partai politik (parpol) koalisi, dan evaluasi ini tidak akan berujung pada resuffle kabinet, karena jika ada resuffle justru akan menjadi bumerang bagi SBY," katanya di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, jika sampai terjadi resuffle kabinet, justru menunjukkan bahwa koalisi yang dibangun SBY sangat rapuh, dan tentunya ini akan dimanfaatkan oleh partai oposisi.

"Evaluasi ini hanya akan mempertanyakan ulang komitmen partai koalisi, dan ini merupakan sesuatu yang wajar, karena SBY merasa dalam perkembangan perjalanan politik ada parpol koalisi maupun kadernya yang ternyata berseberangan dengan kebijakannya," katanya.

Ia mengatakan dalam evaluasi tersebut masing-masing pimpinan parpol koalisi tentunya akan menjelaskan alasan-alasan munculnya perbedaan pendapat, dan kemudian dicari solusi yang terbaik.

"Jadi, kecil kemungkinan SBY melakukan resuffle kabinetnya, karena SBY tentunya akan memegang komitmen dari para pimpinan parpol jika di tubuh parpol itu sendiri sampai terjadi faksi-faksi," katanya.

Kandidat doktor ini mengatakan evaluasi itu hanyalah cara SBY untuk mengontrol koalisi dan memberikan `warning` kepada parpol koalisi.

"Dengan demikian, tentunya upaya kompromi akan lebih kuat, karena SBY juga masih membutuhkan dukungan dari partai koalisi," katanya.

Ia mengatakan sebenarnya saat ini merupakan kesempatan bagi partai oposisi untuk membangun kekuatan dalam mengkritisi kebijakan pemerintah.

"Hanya saja, saat ini belum terlihat partai oposisi bereaksi, padahal seharusnya saat ini merupakan kesempatan yang tepat, karena kekuatan koalisi sedang lemah," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010