Serangan-serangan itu terjadi malam, ketika radio Galkaio, radio Mudug dan radio Hobyo, yang semuanya berada di Galkaio, diserang selang beberapa menit yang membuat para wartawan di wilayah itu terkejut.
Serangan-serangan terhadap ketiga stasiun radio itu tampaknya dikoordinasi dan saling berkaitan, dengan sejumlah penyerang tak dikenal melempar granat tangan ke stasiun-stasiun radio tersebut.
Akibatnya, empat wartawan dan beberapa staf stasiun radio tersebut cedera, kata Kolonel Abdulahi Weli, seorang perwira polisi Puntland, melalui telepon.
"Kami sedang menyelidiki insiden itu, karena serangan demikian terhadap stasiun-stasiun radio independen baru di wilayah ini," katanya.
Abdulkadir Ali Jumale, seorang wartawan radio yang mengalami luka ringan, juga membenarkan adanya serangan itu. Dia mengatakan terkejut oleh adanya serangan tersebut.
"Saya keluar dari radio Mudug setelah melakukan percakapan dengan teman-teman sekerja, ketika dua ledakan berat tampaknya granat tangan menghantam sangat dekat dari saya. Kuatnya ledakan itu menyebabkan badan saya terhempas ke dinding, yang membuat saya tak sadarkan diri selama beberapa menit," katanya.
"Saya sudah berada di rumah sakit ketika siuman, dan saya tahu teman saya Mohamed Isa juga terluka di tangannya, seorang teknisi dan seorang penjaga keamanan juga cedera dalam serangan yang ditargetkan kepada dua radio itu," katanya menambahkan.
"Kami benar-benar terkejut dengan serangan terhadap media independen ini, setiap wartawan di wilayah ini khawatir dan mulau takut akan keselamatan dirinya. Kami tak tahu siapa yang menargetkan serangan kepada kita," kata Nuh Muse, wartawan lain di Garowe, satu kota terdekat, kepada AFP.
"Ini akan membahayakan kebebasan arus informasi di wilayah ini," katanya menambahkan.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010