Jakarta (ANTARA) - Sejak Juni 2020, pemerintah mencanangkan penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB). Sejak itu pula, sejumlah sektor yang sebelumnya ditutup karena pandemi COVID-19 kembali dibuka.

Pakar kesehatan masyarakat Dr Hermawan Saputra mengingatkan masyarakat untuk semakin disiplin menerapkan protokol kesehatan pada era adaptasi kebiasaan baru.

"Pada saat ini, hampir seluruh sektor mulai dibuka, termasuk sekolah yang berada di zona kuning dan hijau," ujarnya, akhir pekan lalu.

Meski sejumlah sektor dibuka, bukan berarti pandemi COVID-19 telah usai. Masyarakat harus semakin disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan agar terhindar dari penularan COVID-19.

Hermawan menjelaskan terdapat dua pendekatan yang dilakukan agar aman beraktivitas selama pandemi COVID-19. Pendekatan pertama, dari sisi pemerintah, dan yang kedua adalah dari masing-masing individu.

"Pemerintah telah menjalankan tugasnya dengan melindungi masyarakat dan memberikan imbauan agar masyarakat menerapkan protokol kesehatan. Untuk pendekatan dari individu, yakni perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), menggunakan masker, jaga jarak, dan jaga selalu imunitas tubuh dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang, istirahat cukup," ujar Hermawan.

Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana mengatakan pada awalnya pemerintah menggunakan istilah normal baru atau new normal, namun karena banyak yang salah kaprah, pemerintah kemudian mengubahnya menjadi adaptasi kebiasaan baru.

Pada era adaptasi kebiasaan baru itu masyarakat perlu mengubah gaya hidup pada masa pandemi COVID-19.

"Masyarakat perlu mengubah gaya hidup dari tidak sehat menjadi sehat. Perlu berolahraga teratur selama pandemi ini untuk meningkatkan imunitas," kata Reihana.

Reihana mengatakan pandemi COVID-19 telah menurunkan daya beli pada masyarakat dan menurunnya konsumsi masyarakat. Selain itu, meningkatnya pembelian makanan siap saji sehingga konsumsi sayuran kurang.

Masyarakat juga cenderung memilih makanan yang disukai dan bukan makanan yang sehat. Metode pembelajaran daring maupun bekerja dari rumah, juga menyebabkan banyak keluarga menyediakan makanan ringan, makanan kemasan yang berpotensi meningkatkan berat badan.

"Selain itu, karena sering berada di rumah dapat menyebabkan kurangnya konsumsi air putih," kata Reihana.


Pola konsumsi

Reihana menjelaskan pola konsumsi yang tidak baik dapat menyebabkan wasting (kekurangan gizi), berat badan rendah, obesitas, dan stunting. Untuk itu diperlukan asupan gizi yang seimbang.

Asupan gizi seimbang, dengan kata lain seimbang kandungan karbohidrat, vitamin maupun protein. Makanan bergizi penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Gizi seimbang memainkan peranan penting dalam mempertahankan kondisi tubuh untuk tetap sehat.

Gizi yang tepat juga dapat mencegah banyak masalah penyakit, termasuk obesitas, risiko penyakit menular dan penyakit tidak menular.

"Dibutuhkan dukungan orang tua dalam pembiasan makan sehat dan olah raga teratur," katanya, memberi saran.

Terdapat empat pilar dalam gizi seimbang, yakni mengonsumsi pangan beraneka ragam, membiasakan perilaku hidup bersih, melakukan aktivitas fisik dan mempertahankan serta memantau berat badan normal.

Reihana memberi kiat agar masyarakat lebih banyak mengonsumsi protein pada saat pandemi COVID-19 serta mengurangi konsumsi gula. Hal itu bermanfaat untuk menjaga imunitas tubuh.

Pola hidup sehat pada era kebiasaan baru terdiri dari dua hal, yakni gerakan masyarakat hidup sehat dan taat pada protokol kesehatan.

"Protokol kesehatan adalah harga mati, ini penting dalam mencegah penyebaran COVID-19," ujarnya.

Pada era adaptasi kebiasaan baru itu, Reihana memberi saran bagaimana penerapan gizi seimbang terwujud, yakni biasakan sarapan pagi sebelum memulai aktivitas, membuat makan dan cemilan sehat di rumah, belajar makan baik sesuai kebutuhan, membawa bekal serta alat makan sendiri, minum air minimal delapan gelas sehari, dan tidur cukup.


Turut menjaga kesehatan

Health Campaign Specialist Great Giant Foods (GGF) Nanda D Syahpradana mengatakan GFF turut menjaga kesehatan masyarakat selama pandemi COVID-19.

Selama periode Maret hingga Juni 2020, GGF menyalurkan ribuan botol susu segar untuk menjaga stamina tenaga medis yang berjuang melawan pandemi COVID-19.

Bantuan susu segar tersebut diberikan melalui PT Great Giant Livestock yang memberikan bantuan susu segar kepada para tenaga medis di 60 rumah sakit di Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Lampung, Surabaya, Bandung dan Medan.

Untuk di Lampung saja, GGF menyalurkan 4,3 ton pisang, 4,1 ton jambu, 3.800 botol susu segar, 3.000 paket buah-buahan, 220.000 alat perlengkapan diri (APD), 120 fasilitas cuci tangan, dan 97.500 botol sabun cuci tangan.

"Bantuan ini sejalan dengan visi GGF, yaitu menutrisi masyarakat dengan produk yang diproduksi secara berkelanjutan dan baik," kata Nanda.

Nanda berharap dengan bantuan tersebut dapat membantu sesama dalam memerangi pandemi COVID-19. Saat belum ada vaksin dari COVID-19, maka hal yang efektif yang perlu dilakukan adalah meningkatkan imunitas tubuh.

"Meski memiliki imunitas yang bagus, bukan berarti tidak bisa terinfeksi COVID-19, tapi paling tidak meminimalkan risiko untuk kejadian yang lebih fatal. Oleh karenanya nutrisi itu penting," kata Nanda.

Head of Project Management and Marketing PT Sewu Segar Nusantara Luthfiany Azwawie mengatakan pihaknya menerapkan model pertanian berkelanjutan yang terintegrasi. Limbah dari produksi diolah kembali agar tidak ada yang terbuang dan menjaga lingkungan. PT Sewu Segar Nusantara merupakan bagian dari GGF.

Saat ini, produk perusahaan itu, yakni pisang maupun nanas dipasarkan dengan merk dagang Sunpride.

"Jadi bukan produk impor, tapi ini asli produk Indonesia yang ditanam di Lampung dan juga Blitar," kata Luthfiany.

Produk GGF tersebut tidak hanya terkenal di Tanah Air, tetapi juga sudah diekspor ke Jepang, Kanada, dan China. Khusus produk nanas, telah diekspor ke 61 negara dan menjadikan tujuh dari 10 retailers terbesar di dunia.

Pewarta: Indriani
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020