Denpasar (ANTARA News) - Pantai Kuta, Bali dijejali tumpukan sampah yang dibawa oleh arus air laut akibat dampak embusan angin barat sejak bulan Desember lalu.
"Petugas kebersihan kami telah berupaya melakukan pembersihan tumpukan sampah yang mengotori pantai tujuan wisatawan mancanegara dan domestik ini," kata Ketua Unit Satgas Pantai Kuta, I Gusti Ngurah Tresna di Kuta, Bali, Sabtu.
Ia mengatakan, dampak angin barat yang berembus sejak pertengahan Desember 2009 hingga sekarang menyebabkan sampah yang dibawa arus air laut itu berjejal menumpuk di pantai ini.
"Kami telah mengerahkan petugas satgas dan para pedagang, sejak pagi hingga sore hari untuk membersihkan sampah itu. Namun kami mengakui kewalahan untuk menangani tumpukan sampah pada musim sekarang," katanya.
I Gusti Ngurah Tresna mengatakan, dalam pembersihan sampah di sepanjang pantai Kuta pihaknya mengerahkan 33 orang dari petugas satgas pantai dan seribu orang dari para pedagang yang berjualan di pantai berpasir putih ini.
"Pada musim ini kami membersihkan sampah mulai pagi hingga sore berkisar lima sampai enam kali sehari. Sedangkan pada musim biasa hanya dilakukan pagi dan sore hari," katanya.
Ia mengatakan, untuk menyingkirkan tumpukan sampah itu, pihaknya juga menggunakan tiga unit alat berat (loader) dan satu kendaraan truk sampah.
Sampah itu merupakan bekas air minum, kotak rokok, plastik, dahan dan ranting berukuran besar dan kecil, potongan kayu, akar pohon yang mengering, batang pohon pisang, juga sampah bekas rumah tangga.
Ayu Wulandari, wisatawan asal Jakarta mengaku sangat terganggu dengan keberadaan sampah, karena untuk melakukan aktivitas di pantai ini merasa tak nyaman lagi. Selain bau amis juga bau sampah yang menyengat hidung.
"Saya tahu kalau ini dampak angin barat, tapi seharusnya respon pemerintah daerah harus cepat. Sayang kalau Kuta bercitra buruk karena penanganan fenomena alam ini tak ditanggapi serius," katanya.
Meski demikian, Kuta masih tetap menjadi tempat wisata favorit keluarga yang murah meriah."Walau kondisi pantai Kuta saat ini dipenuhi sampah akibat fenomena alam, keluarga saya di lain kesempatan tetap akan berkunjung ke sini," ucapnya.
Sementara Rahayu seorang pedagang yang biasa berjualan di kawasan ini, mengatakan, tumpukan sampah itu telah menjadi pemandangan sehari-hari.
Ia mengaku, dirinya selalu membersihkan sampah di pantai ini bersama rekan pedagang lainnya dua kali sehari pada musim biasa. Namun musim sekarang pemungutan sampah dilakukan lima hingga enam kali sehari.
"Sejak ada tumpukan sampah, pendapatan saya turun drastis. Kalau dulu sebelum ada sampah bisa dapat Rp150.000, sekarang hanya berkisar Rp50.000. Habis, tamu malas berjemur di dekat sampah," ucapnya.(*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010