Jakarta (ANTARA News) - Keberadaan pesantren yang khusus membidangi Al Quran kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah jika dibanding pondok pesantren yang bergerak di bidang pendidikan keislaman secara umum.
"Kalau pesantren umum ada semacam nomenklatur atau ada cantolannya, tapi pesantren Al Quran tidak ada," kata KH Ahmad Fathoni mewakili panitia Workshop Nasional Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizh Alquran di Jakarta, Jumat.
Workshop dihadiri pimpinan wilayah Jam`iyatul Qurra` wal Huffazh (JQH) Nahdlatul Ulama seluruh Indonesia dan para pengasuh pesantren Al Quran.
Workshop yang dijadwalkan berlangsung selama tiga hari itu akan membahas berbagai problematika yang dihadapi pesantren Al Quran.
Kepada Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal
(PDT) Helmy Faishal Zaini yang menghadiri acara pembukaan workshop itu, Ahmad Fathoni berharap JQH bisa bekerja sama dengan PDT untuk mengembangkan keilmuan Alqan.
"Kita berharap PDT bisa mengirimkan beberapa orang hafizh-hafizhah ke daerah-daerah, terutama di luar Jawa. Ini sangat positif dalam rangka mengembangkan keilmuan Al Quran," katanya.
Helmi Faishal menyambut baik permintaan yang disampaikan perwakilan JQH tersebut. Pada kesempatan itu ia juga memberikan bantuan dana untuk penyelenggaraan workshop itu.
"Keilmuan Al Quran, juga para hafizh-hafizhah ini, merupakan bagian dari kekayaan bangsa kita. Kekuatan Al Quran kita harapkan menjadi nafas kehidupan kita sehari-hari untuk mewujudkan peradaban baru," katanya saat memberikan sambutan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010