"Peningkatan capex dan opex tersebut menunjukkan bahwa perusahaan milik negara menjadi penggerak ekonomi nasional," kata Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu, di Jakarta, Jumat.
Menurut Said, total capex BUMN 2010 mencapai Rp184 triliun atau lebih besar 221,15 persen dibanding belanja modal pemerintah pusat yang mencapai Rp83,2 triliun.
Demikian juga dengan opex BUMN pada 2010 sebesar Rp785 triliun, atau lebih tinggi 762,14 persen dibanding opex pemerintah pusat Rp103 triliun.
"Angka capex tersebut menggambarkan bahwa investasi BUMN lebih tinggi dibanding investasi pemerintah," tegas Said.
Menurut catatan Kementerian BUMN, dari Rp184 triliun belanja modal 18 sektor BUMN, kontribusi terbesar adalah sektor energi yang mencapai Rp115 triliun, disusul sektor telekomunikasi Rp20,70 triliun.
Selanjutnya sektor prasarana angkutan dengan capex Rp11,50 triliun, pertambangan Rp9,75 triliun, perkebunan Rp9,06 triliun.
Sektor penunjang pertanian Rp4,71 triliun, sarana angkutan dan pariwisata Rp4,42 triliun, sedangkan capex sektor perbankan Rp2,5 triliun.
Sementara capex terkecil atau kurang dari Rp1 triliun adalah sektor perikanan, kehutanan, pembiayaan, kawasan industri dan asuransi.
Meski dari sisi opex dan capex BUMN melebihi investasi pemerintah, namun dari sisi penerimaan BUMN pada 2010 yang mencapai Rp1.050 triliun masih relatif kecil jika dibanding Pendapatan Domestik Bruto (PDB) nasional.
"Persentase BUMN terhadap PDB masih di bawah 20 persen. Bandingkan dengan kontribusi BUMN negara lain seperti Singapura yang mendekati persen," ujarnya.
Akan tetapi Said berpendapat, rendahnya persentase BUMN terhadap PDB tersebut menunjukkan bahwa swasta atau dunia usaha diberikan kesempatan untuk berkembang.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010