Alaphilippe menjadi yang tercepat dengan catatan waktu 4:44:27.
Pada etape yang berjarak 186 kilometer dan berlangsung di pegunungan sekitar kota Nice itu, pebalap Swiss Marc Hirschi (4:55:27) menduduki posisi kedua, sedangkan posisi ketiga diduduki Adam Yates (4:55:28) dari Britania.
Baca juga: Jagoan-jagoan Tour de France 2020
Pebalap Prancis Alaphilippe, yang sempat mengenakan kaus kuning selama 14 hari pada TdF tahun lalu, mampu membalap dengan tenang saat ketiga pebalap terdepan melakukan sprint sedangkan peleton tertinggal cukup jauh dari mereka.
Pebalap kuda hitam Dani Martinez asal Kolombia kehilangan waktu saat melakukan pendakian terakhir hari kedua, setelah ia terjatuh di turunan.
Kemenangan itu sekaligus menumbuhkan asa Prancis untuk mendapatkan seorang juara TdF dari negara mereka. Terakhir kali pebalap Prancis menjuarai TdF adalah pada 1985 saat Bernard Hinaut menjadi yang teratas.
"Saya benar-benar ingin melakukan sesuatu dan saya tidak memiliki risiko apapun," kata Alaphilippe setelah finis di Promenade des Anglais.
"Merupakan suatu kebanggaan dan tanggung jawab besar, dan saya akan mempertahankan kehormatan ini hari demi hari. Saya tidak akan menyerahkannya begitu saja besok," tambahnya.
Baca juga: Potensi gelombang kedua COVID-19 hantui Tour de France
Pada pendakian terakhir pada Minggu, Alaphilippe melaju cepat untuk mendapatkan detik-detik bonus di puncak, sebelum ia kembali memacu sepedanya di turunan menuju garis finis.
Namun kegembiraan tidak terjadi di kubu tim Jumbo-Visma. Tidak lama setelah Alaphilippe melakukan serangan, pebalap tim Ineos Michal Kwiatkowski menubruk kapten tim Jumbo-VIsma Tom Dumoulin sampai terjatuh.
Tim Belanda itu memimpin peloton sepanjang balapan, namun tiba-tiba harus melambat dan tidak dapat mengejar Alaphilippe.
Baca juga: Philippe Gilbert tinggalkan Tour de France karena cedera lutut
Baca juga: Tim Tour de France dilarang tampil jika dua pebalap positif COVID-19
Pewarta: A Rauf Andar Adipati
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2020