Kolaborasi pemilik akun YouTube Bamsoet Channel dan Ari Lasso TV ini menekankan pentingnya toleransi dalam berbagai dimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena tanpa toleransi, tak mungkin Indonesia bisa merdeka pada 17 Agustus 1945. Itu pesan kebangsaan dari kerja bareng politisi dan seniman itu.
"Dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, para pendiri bangsa yang tergabung dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) maupun Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, terdiri dari beragam etnis dan agama. Merekalah yang melahirkan dasar negara, Pancasila, pada 1 Juni 1945," ujar Soesatyo, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Bamsoet: Tugas penting mengisi kemerdekaan adalah memanusiakan manusia
Hal itu dia sampaikan dalam tayangan di akun YouTube Bamsoet Channel, nge-vlog bersama Ari Lasso, di Jakarta, Sabtu (29/8).
Soesatyo menuturkan, BPUPKI kemudian dibubarkan pada 7 Agustus 1945. Saat itu juga dibentuk PPKI yang berjumlah 21 orang, terdiri dari 12 orang etnis Jawa, tiga orang Sumatera, dua orang Sulawesi, satu orang Kalimantan, satu orang Nusa Tenggara, satu orang Maluku, dan satu orang Tionghoa.
Merekalah, kata dia, yang menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara, menyusun pemerintahan pusat dan daerah, hingga merancang lembaga tinggi dan kelengkapan negara.
Baca juga: Bamsoet ingatkan generasi muda berpedoman pada Pancasila
"Jauh sebelum kehadiran BPUPKI maupun PPKI, bangsa Indonesia secara bergotong-royong tanpa mengenal perbedaan suku maupun agama, juga telah berjuang mengorbankan harta dan nyawa melawan penjajah. Menandakan bahwa proklamasi kemerdekaan tak akan terjadi tanpa adanya toleransi dari setiap warga negara," kata dia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan, hilangnya semangat toleransi dalam berbagai sendi kehidupan akan membuat bangsa Indonesia lemah. Oleh karena itu, dia berpesan agar setiap anak bangsa tidak kehilangan jiwa toleransi.
Baca juga: Ketua MPR ajak generasi muda wujudkan Indonesia Emas 2045
Ia mengatakan, Presiden Joko Widodo dalam pidato di Sidang Tahunan MPR telah menegaskan agar jangan ada yang merasa paling agamis maupun Pancasilais sendiri, serta merasa paling benar dan memaksakan kehendak. Sikap seperti itu biasanya justru malah mendatangkan perpecahan.
"Perdamaian dan kesatuan bangsa hanya akan tercapai jika setiap anak bangsa mau membuka diri terhadap berbagai perbedaan yang ada. Jadikan perbedaan sebagai rahmat dari Tuhan YME. Bukan sebagai sumber konflik perpecahan," ucap dia.
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020