Najaf, Irak (ANTARA News/AFP) - Limabelas orang tewas dan 25 lain cedera Kamis ketika tiga bom meledak secara serentak di kota suci Syiah Najaf, serangan terburuk yang melanda Irak tahun ini, kata sejumlah pejabat.
Satu bom mobil meledak di dekat sebuah masjid, dan dua bom lain meledak di pasar di kota itu, yang terletak 150 kilometer sebelah selatan Baghdad, kata seorang pejabat keamanan.
"Pukul 17.30 (pukul 21.30 WIB) tiga bom meledak pada waktu yang bersamaan di dekat pasar besar di Jumla, yang ditujukan pada warga tak bedosa, pedagang dan orang yang lewat," kata seorang pejabat pemerintah daerah.
"Korban dibawa ke rumah sakit," tambahnya.
Seorang pejabat kementerian dalam negeri di Baghdad mengatakan bahwa 15 orang tewas dan 25 cedera dalam ledakan-ledakan itu.
Najaf adalah tempat musoleum Imam Ali, menantu dan sepupu Nabi Muhammad, dan didatangi kaum Syiah dari berbagai penjuru dunia, khususnya negara tetangga Irak, Iran.
Seorang koresponden AFP di Najaf mengatakan, pasukan keamanan Irak ditempatkan dalam jumlah besar setelah pemboman tersebut, dan jalan-jalan masuk ke kota itu ditutup.
Meski serangan-serangan di Irak masih terus dilakukan, khususnya di Baghdad dan kota-kota utara, Mosul dan Kirkuk, kekerasan di Najaf jarang terjadi.
Serangan besar terakhir di Najaf berlangsung pada Februari 2007 ketika seorang pembom bunuh diri menyerang sebuah pos pemeriksaan polisi, menewaskan 13 orang dan melukai puluhan lain.
Kekerasan di Irak menurun secara dramatis pada 2009 ke tingkat terendah sejak invasi pimpinan AS pada 2003, namun kelompok pemantau memperingatkan bahwa pencapaian keamanan tetap mendatar.
Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu bahkan memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.
Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.
Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.
Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.
Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.
Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.
Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.
Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.
Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010