"(Memang) Ada krisis, tapi efeknya kecil," kata Jusuf Kalla saat memberikan keterangan sebagai saksi kepada Panitia Angket Kasus Bank Century DPR RI di Gedung DPR/MPR di Senayan Jakarta, Kamis.
Pernyataan Jusuf Kalla tersebut diungkapkan ketika menjawab pertanyaan anggota panitia angket Akbar Faisal. Sebelumnya, saksi Menteri Keuangan Sri Mulyani dan mantan Gubernur BI Boediono mengatakan saat itu terjadi krisis yang sangat hebat akibat krisis global.
Jusuf Kalla menjelaskan terkait krisis. Menurut Jusuf Kalla, pengertian krisis harus diperjelas.
Jusuf Kalla menjelaskan, saat itu terjadi krisis di Amerika Serikat yang mempunyai efek ke pasar modal. Selain itu, berimbas ke krisis bank-bank yang memberi pinjaman kredit perumahan di AS.
"Tapi bank kita tak memberikan pinjaman itu. Yang terjadi efek kedua, yakni ekspor menurun," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla menjelaskan, efek krisis di AS tersebut berimbas ke pasar modal di Indonesia. Menurut Jusuf Kalla, pasar modal di Indonesia hanya sebesar 23 persen dan dari 23 persen tersebut 60 persen, di antaranya, dimiliki oleh asing.
"Dan saham dimiliki kurang dari setengah persen jumlah penduduk (Indonesia)," kata Jusuf Kalla.
Selain itu, Jusuf Kalla menjelaskan bahwa kurs mata uang rupiah menjadi Rp12.000,-/dolar AS. Menurut Jusuf Kalla hal itu biasa saja.
Jusuf Kalla juga menyatakan, bahwa kondisi perekonomian 2008 sangat berbeda dengan kondisi 1998. Menurut Jusuf Kalla, pada tahun 1998 kurs rupiah naik 400 persen, sementara pada 2008 perubahan kurs hanya 20 persen.
Menurut Jusuf Kalla, saat itu (tahun 2008) memang terjadi krisis, namun tidak sebesar seperti apa yang didengungkan.
Jusuf Kalla menjelaskan yang disebut krisis adalah seperti ada badai.
"Kalau ada satu rumah ambruk, `masa` badai itu. Ini hanya karena pondasinya yang tak kuat," kata Jusuf Kalla.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010